Mustafa Kamal: Kader PKS Tidak Boleh Meninggalkan Tradisi Intelektual

Jakarta - Indonesia adalah negara yang lahir dari sebuah tradisi intelektual. Oleh karena itu, kader PKS sebagai anak bangsa tidak boleh meninggalkannya. Demikian disampaikan Wakil Ketua Badan
 
Kebijakan Publik Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (BKP DPP PKS) Mustafa Kamal pada acara Silaturahmi Anggota Legislatif (Silagnas) PKS di Jakarta (20/9).

"Politik pada dasarnya berakar dari tradisi intelektual. Dari tradisi ini muncul ide mengenai negara dan bagaimana membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Oleh karena itu jangan pernah kader PKS meninggalkan tradisi intelektual," tegas Kamal dalam siaran pers yang diterima oleh kabarpapua.net.
Kamal menjabarkan pemikiran-pemikiran yang membentuk bangsa ini. Pada tahun 1927 HOS Tjokroaminoto menulis "Islam dan Sosialisme". Buku ini menginspirasi Soekarno untuk menulis "Islam, Sosialisme, dan Nasionalisme". Pemikiran Soekarno ini dikritisi Natsir dalam karyanya "Kapita Selekta".  Tiga arus pemikiran inilah yang membentuk konstitusi Indonesia yaitu keislaman,kerakyatan, dan kebangsaan.

"PKS memiliki identitas yang sama dengan identitas bangsa kita yaitu keislaman,kerakyatan, dan kebangsaan. Oleh karena itu anggota legislatif (aleg) PKS harus cakap secara intelektual dalam melaksanakan tugas-tugasnya," ujar Kamal.

Acara bertajuk "Konsolidasi dan pengokohan dakwah parlemen untuk pemenangan pemilu 2019" ini diselenggarakan selama dua hari, Sabtu-Minggu (20-21 September 2014), di Hotel Sahid, Jakarta dan dihadiri lebih dari dari seribu anggota DPR/D dari total 1.217 kader PKS yang duduk di lembaga legislatif mulai tingkat DPR (40 anggota), DPRD tingkat I (160 anggota) dan DPRD tingkat 2 (1.017 anggota).

Subscribe to receive free email updates: