Adanya kepastian rencana penutupan lokalisasi di Kecamatan Sukorejo itu setelah Pemprov Jatim menggelar rapat bersama Direktur Rehabilitasi Tuna Sosial Direktur Jenderal Pelayanan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial di Jakarta pekan lalu.
Ia menjelaskan, awalnya total wanita tuna susila (WTS) penghuni lokalisasi Kedung Banteng sebanyak 201 orang, namun dengan upaya pendekatan, saat ini jumlahnya terus berkurang. "Sekarang tinggal 179 WTS dari 36 mucikari. Nantinya kami memulangkan mereka ke berbagai daerah asal tempat tinggalnya," kata eks Sekretaris Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia Provinsi Jawa Timur itu.
Menurut dia, WTS yang menjajakan diri di lokalisasi Kedung Banteng itu berasal dari 20 kabupaten/kota di Jatim, antara lain Ngawi, Ponorogo, Tulungagung, Magetan dan Kediri. Untuk lebih memantapkan rencana penutupan itu, lanjut dia, Pemprov Jatim kembali akan menggelar rapat bersama pada 4 Juni mendatang.
Rencananya, semua pemerintah daerah asal WTS akan diundang dalam rapat tersebut dan mendatangkan tokoh agama, tokoh masyarakat lembaga swadaya masyarakat dan para pendamping WTS. "Saat itu juga akan digelar tausyiah yang diikuti para WTS dan memberikan bingkisan sebagai simbol tobat berupa Alquran, mukenah, dan sajadah," tuturnya.
Sama seperti penutupan lokalisasi sebelumnya, setiap WTS juga mendapat bantuan dari Kemensos berupa uang sekitar Rp5 juta lebih. Rinciannya, kata dia, antara lain Rp3 juta untuk membuat usaha ekonomi produktif dan jatah hidup sebesar RP600 ribu selama tiga bulan, uang transport pulang bagi WTS sebesar Rp250 ribu.
Sementara itu, untuk para mucikari tidak mendapat bantuan kaerna yang dibantu adalah masyarakat terdampak yang selama ini menggantungkan perekonomian dan hidup dari lokalisasi itu. "Tapi untuk jenisnya apa masih akan dilihat setelah penutupan lokalisasi dilakukan," ucapnya. (rol/kabarpapua.net)
0 Response to "Jawa Timur Tutup Lokalisasi Ponorogo"
Post a Comment