Dalam foto yang dirilis oleh Basarnas, Rabu (7/1), tampak bagian pesawat Air Asia QZ 8501 dengan registrasi PK-AXC ditemukan di dasar laut. (AP/Basarnas) |
Direktur Operasi dan Latihan Badan SAR Indonesia, SB Supriyadi menjelaskan deteksi sonar tersebut berasal dari kapal yang beroperasi di lokasi hilang kontaknya Air Asia. Kemudian Marinir Indonesia menindaklanjuti dengan menyelamkan Autonomous Underwater Vehicle (AUV).
"Bukti ekor pesawat Air Asia ditemukan setelah melihat ada tulisan AXT. Tulisan itu menandakan PK AXT ekor pesawat yang tertanam di bawah laut. Gambar-gambar hasik AUV telah tersebar di media," katanya di Pangkalan Bun, Rabu (7/1).
Melihat kondisi ditemukannya ekor dengan panjang sekitar 10meter tersebut, Supriyadi menilai pesawat Air Asia jatuh dalam posisi terbalik, sebab sebagian besar telah terendam lumpur laut.
Dia mengatakan untuk proses pengangkatan ekor atau setidaknya mempercepat membuka akotak hitam maupun recorder audio, maka diperlukan teknik khusus dari para penyelam.
"Kedalaman lokasi ekor pesawat hanya berkisar 30 meter di dasar laut. Tergantung teknik kapal yang ada sekitar lokasi untuk mengangkatnya," kata Supriyadi.
Direktur Basarnas itu mengatakan hingga hari ke-11 pencarian, telah ditemukan 41 jenasah, dan 39 di antaranya telah dibawa ke Surabaya. Dia memprediksi 50 persen penumpang Air Asia masih berada di badan pesawat, sehingga tidak hanya ekor yang menjadi prioritas melainkan badan pesawat.
"Dua jenasah terbaru ditemukan nelayan yang beraktivitas di laut Kalimantan. Super Puma milik TNI Angkatan Udara sedang melakukan penjemputan," ujarnya. (rol)