![](http://3.bp.blogspot.com/-LN6LOUQnHck/VRohwlYKmLI/AAAAAAAAIGk/oSYGkQsn-Pk/s1600/b3.jpg)
bersamaislam.com - Kalau menjadi seorang muslim di Prancis atau negara Eropa lainnya sulit karena maraknya Islamophobia, bisa dimaklumi. Negara-negara sekuler dimana Islam menjadi minoritas belum tentu memiliki regulasi yang cukup untuk melindungi penduduknya yang beragama Islam. Seperti dialami oleh pesepakbola Nicolas Anelka.
Tapi kalau itu terjadi di negara Islam terbesar, dimana kemerdekaannya diperoleh hasil perjuangan para pahlawan yang sebagian besar muslim, menjadi aneh dan tak mudah dicerna bahkan oleh lambung yang sedang lapar.
Inilah yang menjadi kehebohan di tanah air dalam dua hari ini. Keputusan Kominfo memblokir 22 (atau 19) situs Islam 'Radikal' berdasarkan rilis BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) mendapat reaksi keras, tidak saja dari kalangan jurnalis Islam namun netizen secara umum.
Ini menambah panjang daftar kebijakan pemerintahan Jokowi yang tidak pro Islam dan menghilangkan simpati kaum muslimin. Sebelumnya ada kontroversi wacana penghapusan kolom agama di KTP, lalu doa di sekolah yang dianggap monopoli agama Islam, dan kini pemblokiran atau pembredelan media-media Islam online.
![](http://2.bp.blogspot.com/-ETAiD8EGsdI/VRokcdF5BEI/AAAAAAAAIGw/15xH_XPFuxk/s1600/b.jpg)
What, Teroris? Situs seperti dakwatuna yang moderat dan memiliki ribuan penulis artikel, yang menjadi wadah para penulis muda menuangkan kreatifitasnya dalam bidang kepenulisan, dianggap 'Radikal' dan berkaitan dengan gerakan Teroris?
Hidayatullah yang pesantren yatimnya bertebaran di penjuru negri dianggap Radikal?
Apa maksudnya pembredelan ini? Apakah cara kita taat dalam beragama pun harus mengikuti selera pemerintah dan badan intelijen? Dengan hanya membaca situs-situs pilihan mereka seperti Islamtoleran, Tempo dan Detikcom?
Tanyakan kepada orang tua yang punya anak, betapa leganya mereka dengan pemblokiran konten pornografi yang digagas Menkominfo era SBY, Tifatul Sembiring. Karena kalau tidak, setiap detik orang tua harus berada di samping anak agar tidak terjerumus membuka situs porno yang mudah diakses
Namun alih-alih meneruskan program luar biasa baik itu, Menkominfo yang sekarang malah memblokir situs Islam tanpa dasar yang jelas. Yang Menteri Agama aja tidak tahu dan tidak diajak konsultasi.
What? Kalau anda berharap dari situs porno anak anda akan beralih ke situs Islam, agar aktivitas berselancarnya punya nilai positif, dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki pemahaman beragamanya, bersiaplah kecewa. Karena sekarang situs Islam sudah DIBLOK.
![](http://1.bp.blogspot.com/-0dGYoEMQZT8/VRoqF7zbCKI/AAAAAAAAIHA/qxAZUcyRIjg/s1600/b5.jpg)
Lalu baca apa dong? Situs PKI? Situs IslamToleran? Yang 'lupa' diblokir oleh pemerintah?
Wajar kalau masyarakat bereaksi keras. Bahkan Aa Gym bertanya, "ada apa
dengan pemerintahan sekarang, harus ada penjelasan yang adil," kata Aa
di twitter. Hastag #KembalikanMediaIslam jadi trending topic dunia.
Petisi di change.org diluncurkan dan berbagai meme menyindir pemblokiran
ini bertebaran di dunia maya.
![](http://4.bp.blogspot.com/-RCfWzxzjro4/VRoqHpvmaqI/AAAAAAAAIHI/kw3DEgEbtX0/s1600/b.jpg)
Pemblokiran ini adalah satu masalah, namun opini yang dihembuskan di atas peristiwa ini adalah jauh lebih mengerikan dari yang dibayangkan. Menjadi terlalu islam atau terlalu taat atau terlalu islami, besok-besok akan menjadi masalah besar. Beragama di negeri sendiri akan semakin sulit.
Jangan pernah berani menempel stiker berlafal Lailahaillalah di mobil anda, kalau tidak mau dicap ISIS. Jangan pernah berani menshare berita-berita Palestina dan heroisme Hamas melawan kekejaman Israel, kalau tidak mau dicap pendukung teroris. Jangan pernah berani mengikuti sunnah rasul untuk berjanggut, sholat ke mesjid dan menenteng mushaf kemana-mana, kalau tidak anda akan didatangi oleh Densus88 - yang kebanyakan bukan muslim.
Susahnya beragama di negeri sendiri. Negeri Islam terbesar, yang banyak melahirkan ulama-ulama, negeri ladang dakwahnya para wali songo, dan negara terbesar yang mengirimkan jamaah haji setiap tahunnya ke tanah suci.
Kita tentu tidak anti dengan pemblokiran, silahkan Menkominfo melanjutkan program Pak Tif, memblokir setiap konten pornografi dan SARA. Toh sudah ada dan sudah berjalan, tinggal dilanjutkan. Jikapun itu situs Islam namun mengandung konten yang tidak dibenarkan, semua harus jelas rujukannya dan jelas dasar berpijaknya. Sehingga masyarakat merasa terlindungi dengan regulasi dan kebebasan pers tidak diinjak-injak kembali.
Yang paling penting dari semua itu adalah kaum muslimin merasa aman dan nyaman menjalankan ibadah agama. Sesuai dengan pemahaman dan berbagai variasinya, karena agamapun membolehkan perbedaan pendapat.
Jangan nanti, di usia anak-anak kita dewasa, 10 atau 20 tahun lagi, pergi ke mesjid pun dianggap Teroris. Puasa senin-kamis pun dianggap Radikal. Karena lambung yang sudah keroncongan, sering tak sabar menunggu datangnya makanan. (BersamaIslam/kabarpapua.net)
0 Response to "Situs Islam Diblokir, Susahnya Beragama di Negeri Sendiri"
Post a Comment