Tiga Gili Tersebut merupakan tempat wisata favorit dikunjungi para turis asing di pulau Lombok dan juga sebagai kawasan konservasi perairan nasional dengan luas sekitar 2954 hektar |
Hamparan alam yang indah dan gugusan
pantai yang eksotis melengkapi anugerah Ilahi di bumi "Seribu Masjid"
NTB. Pemerintah daerah di Nusa Tenggara Barat telah menjadikan
pariwisata sebagai salah satu sektor andalan setelah pertanian di daerah
yang dijuluki "Bumi Gora" itu.
Pada 2012 Pemerintah Provinsi NTB
meluncurkan program Visit Lombok-Sumbawa (VLS) dengan target kunjungan
wisatawan sebanyak satu juta orang yang dilanjutkan dengan program VLS
jilid II dengan target angka kunjungan wisatawan sebanyak dua juta orang
hingga penghujung 2015.
Keberhasilan mengembangkan pariwisata
alam tidak membuat pemerintah berpuas diri dan selalu mencari peluang
baru. Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi kemudian menggagas wisata syariah
sebagai gerbong baru komoditi pariwisata di Pulau Seribu Masjid itu.
Wisata syariah menjadi tren baru
pengembangan pariwisata NTB yang akan dimulai tahun 2015. Semangat baru
pengembangan wisata syariah itu menyusul ditetapkannya NTB sebagai salah
satu dari 12 destinasi wisata syariah secara nasional.
Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dinilai
sebagai salah satu daerah paling siap mengembangkan destinasi wisata
dengan konsep syariah.
Ketua Asosiasi Pariwisata Islami
Indonesia (APII)-NTB H Fauzan Zakaria mengakui meski baru ditetapkan
sebagai salah satu destinasi nasional wisata syariah namun konsep wisata
Islami itu sudah dilakukan di daerah NTB jauh hari sebelumnya.
Keberadaan ratusan pondok pesantren di NTB menjadi pondasi kuat pengembangan wisata syariah di daerah tersebut.
Pengembangan wisata syariah itu juga
sejalan dengan harapan Menteri Pariwisata Arif Yahya yang menetapkan NTB
menjadi salah satu dari 12 destinasi wisata syariah secara nasional.
NTB telah meletakkan pondasi pengembangan wisata syariah yang didukung
oleh keberadaan masjid, kuliner halal, hotel bernuansa syariah dan
tentunya keindahan alam dan potensi lainnya.
Program pengembangan wisata syariah
itu juga mendapat dukungan kuat dari masyarakat antara lain terbukti di
ruang-ruang publik disediakan tempat ibadah seperti di pusat
perbelanjaan, kantor pemerintah dan swasta serta kumandang azan yang
selalu terdengar saat masuk waktu sholat.
Tidak hanya itu, pondok-pondok
pesantren juga sudah menyiapkan paket-paket wisata islami. Begitu juga
wisata kuliner sudah terjamin dengan semakin banyak tersedia tempat
makan halal serta hotel syariah juga sudah mulai bertebaran.
"Semangat inilah yang memotivasi kami
untuk memulai pengembangan wisata syariah ini di Bumi Gora ini, tanpa
bermaksud bersaing dengan konsep wisata konvensional. Wisata syariah ini
jangan dibuat sebagai pesaing, tetapi merupakan gerbong baru pariwisata
NTB," ujar Fauzan.
APII berkeinginan menjadikan NTB
memiliki karakteristik khusus di dunia pariwisata. Selain menyasar pasar
wisatawan dalam negeri, NTB juga sudah mengambil ancang-ancang
berpromosi di sejumlah negara Timur Tengah, seperti Dubai, Turki, Saudi
Arabia dan sekitarnya.
Namun promosi juga tetap akan
dilakukan di negara yang tidak memiliki penduduk mayoritas Muslim
seperti negara Eropa, begitu juga negara tetangga Asia. Di kawasan Asia,
potensi pasar wisata syariah ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.
Indonesia memiliki cukup banyak destinasi ramah bagi wisatawan Muslim
tidak terkecuali di Nusa Tenggara Barat, khususnya Lombok. Di Pulau
Lombok terdapat lima ribu lebih masjid dimana di setiap dusun dan
lingkungan terdapat lebih dari satu masjid besar dan megah yang sebagian
besar memiliki arsitektur Timur Tengah.
Meski mayoritas Muslim, Taufan menegaskan bahwa warga setempat juga
telah siap menyambut wisawatan non Muslim. "Provinsi NTB penduduknya
mayoritas muslim, namun masyarakatnya bisa menerima kehadiran para
wisatawan dengan mengedepankan persaudaraan antar umat beragama termasuk
dalam pariwisata," tutur Taufan Rahmadi.
Ia menjelaskan bahwa keunggulan NTB sebagai tujuan wisata syariah bukan hanya karena memiliki banyak masjid namun juga karena wisata syariah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
"Aktivitas apapun yang menjadi wisata syariah adalah bagian dari rutinitas masyarakat Lombok, termasuk saat turis menginap di pondok pesantren, akan dibawa lebih dalam pada aktivitas sehari-hari para santri," katanya.
Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi mengatakan kini pihaknya tengah menyiapkan pariwisata dengan konsep syariah. Wisata Islami saat ini tengah berkembang secara global dimana tidak hanya negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang mengembangkannya namun juga negara seperti Jepang dan Korea Selatan.
"Kita memiliki potensi untuk mengembangkan konsep wisata syariah. Dengan konsep ini bukan berarti mengabaikan wisatawan konvensional, melainkan orang yang datang ingin mendapatkan pelayanan yang lebih aman, salah satunya makanan berlabel halal," ujarnya.
Pemerintah Provinsi NTB tengah menyiapkan semua hal yang diperlukan dalam pengembangan wisata syariah tersebut untuk menjamin wisatawan yang datang berkunjung bisa mendapatkan dan merasakan pelayanan sesuai dengan konsep tentang wisata syariah.
"Semua ini sedang kita persiapkan dari sekarang seperti makanan berlabel halal. Karena itu nanti semua unsur akan dilibatkan seperti MUI, unsur terkait, organisasi keagamaan, tokoh agama, para pelaku wisata, pemandu wisata dan biro perjalanan dan lainnya," katanya.
Selain keterlibatan dalam mempersiapkan konsep dan pengembangan wisata syariah, diharapkan nantinya semua unsur yang terlibat dalam pariwisata di daerah itu juga ikut mempromosikan wisata syariah di dearah tersebut.
"Nanti selain terlibat dalam pengembangan wisata syariah kita meminta mereka juga menyuarakan soal wisata syariah ini ke para wisatawan," ujar gubernur yang juga merupakan salah satu ulama daerah tersebut.
Selain makanan dan minuman, semua objek wisata di NTB mempunyai arah kiblat untuk menjadi petunjuk bagi wisatawan yang ingin menunaikan ibadah. "Sejatinya wisata syariah akan menjadi alternatif pilihan bagi para wisatawan," ujarnya.
Karena itu pengembangan wisata bernunasa Islami ini tak perlu dirisaukan apalagi dikhawatirkan akan menyebabkan menurunnya angka kunjungan wisatawan. Konsep wisata syariah dan konvensional diyakini mampu menopang industri pelancongan di bumi seribu masjid ini.
Selain NTB, tujuan wisata syariah juga tengah dikembangkan di daerah lain di Indonesia antara lain di Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok dan Makassar. (rol/kabarpapua.net)
Ia menjelaskan bahwa keunggulan NTB sebagai tujuan wisata syariah bukan hanya karena memiliki banyak masjid namun juga karena wisata syariah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
"Aktivitas apapun yang menjadi wisata syariah adalah bagian dari rutinitas masyarakat Lombok, termasuk saat turis menginap di pondok pesantren, akan dibawa lebih dalam pada aktivitas sehari-hari para santri," katanya.
Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi mengatakan kini pihaknya tengah menyiapkan pariwisata dengan konsep syariah. Wisata Islami saat ini tengah berkembang secara global dimana tidak hanya negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang mengembangkannya namun juga negara seperti Jepang dan Korea Selatan.
"Kita memiliki potensi untuk mengembangkan konsep wisata syariah. Dengan konsep ini bukan berarti mengabaikan wisatawan konvensional, melainkan orang yang datang ingin mendapatkan pelayanan yang lebih aman, salah satunya makanan berlabel halal," ujarnya.
Pemerintah Provinsi NTB tengah menyiapkan semua hal yang diperlukan dalam pengembangan wisata syariah tersebut untuk menjamin wisatawan yang datang berkunjung bisa mendapatkan dan merasakan pelayanan sesuai dengan konsep tentang wisata syariah.
"Semua ini sedang kita persiapkan dari sekarang seperti makanan berlabel halal. Karena itu nanti semua unsur akan dilibatkan seperti MUI, unsur terkait, organisasi keagamaan, tokoh agama, para pelaku wisata, pemandu wisata dan biro perjalanan dan lainnya," katanya.
Selain keterlibatan dalam mempersiapkan konsep dan pengembangan wisata syariah, diharapkan nantinya semua unsur yang terlibat dalam pariwisata di daerah itu juga ikut mempromosikan wisata syariah di dearah tersebut.
"Nanti selain terlibat dalam pengembangan wisata syariah kita meminta mereka juga menyuarakan soal wisata syariah ini ke para wisatawan," ujar gubernur yang juga merupakan salah satu ulama daerah tersebut.
Selain makanan dan minuman, semua objek wisata di NTB mempunyai arah kiblat untuk menjadi petunjuk bagi wisatawan yang ingin menunaikan ibadah. "Sejatinya wisata syariah akan menjadi alternatif pilihan bagi para wisatawan," ujarnya.
Karena itu pengembangan wisata bernunasa Islami ini tak perlu dirisaukan apalagi dikhawatirkan akan menyebabkan menurunnya angka kunjungan wisatawan. Konsep wisata syariah dan konvensional diyakini mampu menopang industri pelancongan di bumi seribu masjid ini.
Selain NTB, tujuan wisata syariah juga tengah dikembangkan di daerah lain di Indonesia antara lain di Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok dan Makassar. (rol/kabarpapua.net)
0 Response to "Wisata Syariah di Pulau Seribu Masjid"
Post a Comment