Asal tahu saja, enam sektor usaha yang terpaksa harus merumahkan karyawannya. Mereka adalah industri tekstil, alas kaki, perusahaan pertambangan, jasa minyak dan gas, perusahaan semen serta otomotif. Mari kita tengok satu per satu datanya.
Tercatat Januari hingga Mei ada sekira 18 perusahaan tekstil gulung tikar dan merumahkan 30 ribu karyawannya. Disinyalir tren pemerosotan industri tekstil masih terus berlangsung dan menular ke segmen yang lebih tinggi.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menjelaskan, kebanyakan dari industri tekstil yang gulung tikar berasal dari Industri Kecil dan Menengah (IKM). Namun dirinya meramalkan, industri tekstil yang berskala lebih besar juga akan terkena dampaknya.
“Kami sudah survei IKM-nya, hanya ada beberapa dari mereka yang sudah bisa survive. Tapi rupanya penyakit ini bergulir berbalik ke industri tekstil menengah dan besar,” tutur Ade di Jakarta, Jumat (26/6).
Menurutnya, hal itu disebabkan masih adanya kendala internal dalam hal biaya, seperti kenaikan tarif dasar listrik, naiknya BBM, kenaikan upah minimum. Rantai ranah industri tekstil khususnya untuk industri menengah dan besar yang berorientasi domestik, tentunya akan terpengaruh jika IKM tekstil merugi.
“Kalau yang kecil saja tidak bisa jual, maka menengahnya juga tidak bisa jual dan produknya akan menumpuk. Sehingga akan mengurangi jam kerja karyawannya, otomatis juga bakal ada pengurangan karyawan. Ini sudah mengarah ke sana,” pungkasnya.
Di sektor persepatuan, data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyebutkan, sejak Januari 2015, industri sepatu Indonesia telah melakukan PHK secara bertahap terhadap 11.000 pekerja.
Adapun, di sektor pertambangan, kondisinya lebih parah lagi. Sektor industri tambang yang mengalami bisnis minus 2,32 persen di kuartal I 2015, telah melakukan PHK terhadap ratusan ribu pekerja.
Khusus di sektor batubara, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengatakan, jumlah pekerja di sektor tambang ini sudah berkurang setengahnya atau sekitar 400.000-500.000 orang dari total pekerja sekitar 1 juta orang.
PHK di industri batubara terjadi karena perusahaan mengurangi volume produksi demi meminimalisir kerugian akibat merosotnya harga batubara di dunia. “Langkah efesiensi sulit dilakukan, makanya banyak karyawan dirumahkan,” tandas Pandu P. Sjahrir, Ketua Umum APBI, Rabu (20/5) lalu.
Di sektor mineral, PHK besar-besaran telah terjadi sejak tahun lalu saat pemerintah melarang ekspor mineral. “Saat ini, ancaman PHK masih terjadi di perusahaan penghasil logam dan konsentrat,” tutur Ladjiman Damanik, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia.
Adapun di sektor ritel masih akan menunggu perkembangan ekonomi. Namun, bila daya beli masyarakat terus terperosok, bukan mustahil kalau sektor ini akan merumahkan karyawan. “Kami masih wait and see,” ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta.
Di sisi lain, ribuan pekerja kasar Cina berdatangan dengan diberi karpet merah oleh Jokowi, untuk mengerjakan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Inilah hadiah dari Jokowi menjadi presiden kepada bangsanya yang masih saja asyik dengan zaman batunya. (eramuslim)
0 Response to "PHK Besar-besaran Terhadap Pribumi, Pengusaha dan Pekerja Cina Kuasai Indonesia"
Post a Comment