DPR Papua: Terjadi Penyanderaan, Intelijen Kita Lemah

Kuba korban tembak dan panah, sementara dua rekannya disandera ke PNG

Ketua Fraksi Pikiran Rakyat DPR Papua, Yan Permenas Mandenas menuding intelejen di Papua lemah, terkait penyanderaan 2 WNI di Papua Nugini (PNG) yang terjadi pekan lalu. Seharusnya, aparat keamanan Indonesia bisa masuk ke PNG dan membantu dalam pembebasan sandera, karena Indonesia dan PNG memiliki hubungan diplomatik yang baik.


“Insiden penyanderaan yang terjadi di wilayah perbatasan Keerom itu, wilayahnya relatif kecil, kenapa tak bisa terdeteksi? Seharusnya TNI/Polri dengan kerjasama masyarakat bisa memberikan informasi yang cepat dan tepat. Intelejen di Papua sekian banyak ini, jika tak terdeteksi, berarti harus ada reformasi total monitoring keamanan kita,” paparnya kepada wartawan, Kamis (17/9).

Tak hanya itu, Pemerintah Provinsi Papua seharusnya mengambil langkah cepat untuk pembebasan sandera di PNG, misalnya secepat mungkin melakukan rapat terbatas dan memanggil Kapolda Papua serta Panglima Kodam Cenderawasih dan Forkompinda lainnya.

“Kerjasama sejumlah pihak sangat diperlukan, terlebih pemerintah PNG diberikan keleluasaan mendeteksi sandera yang diduga dibawa ke PNG. Hubungan diplomasi Indonesia dan PNG sangat baik, sehingga konflik lainnya di wilayah perbatasan juga tak bisa dibiarkan berlarut, sebab jika ini dibiarkan, otomatis akan membuat hubungan diplomatik memburuk,” katanya.

Pihaknya juga meminta kepada semua pihak agar isu Papua tidak selalu dijadikan objek konflik terus menerus, sebab akan menggangu stabilitas nasional dan mengganggu pemerintahan yang ada. Saat ini, aparat diharapkan pro aktif dalam menyelesaikan sejumlah kasus di Papua yang ada sejak lama hingga di jaman pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Kita harus meminimalisir konflik yang terjadi dan jangan sampai menjadi potensi konflik bagi lainnya, bahkan hingga mengganggu pertahanan dan keamanan negara. Ini yang sangat berbahaya. Saya berharap penyanderaan 2 WNI dapat diseriusi dan diselesaikan dengan baik,” ungkapnya.

Sementara itu, pasca terjadinya penculikan 2 WNI di perbatasan Indonesia dan PNG, situasi di Skow- Wutung di Kota Jayapura relative kondusif. Pasar perbatasan didaerah itu yang menggelar barang dagangannya setiap Selasa dan Kamis masih ramai oleh pelintas batas dua negara. “Kami tak terpengaruh dengan situasi ini, walaupun memang kami agak was-was. Pada dasarnya relatif aman,” jelasnya. (Gatra)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DPR Papua: Terjadi Penyanderaan, Intelijen Kita Lemah"

Post a Comment