Empat suku di kawasan pedalaman tanah
Papua, melakukan promosi wisata di Kota Semarang, Jawa Tengah. Mereka
mendirikan stan promosi pada acara Pesta Rakyat Semarang Fair 2016 di
kawasan lapangan Masjid Agung, Jawa Tengah.
Ada 11 orang yang secara khusus datang ke Semarang. Selain promosi wisata, mereka juga akan belajar budaya, serta memamerkan produk suvenir daerahnya selama tujuh hari.
Uniknya, seluruh warga Indonesia Timur ini berasal dari kalangan ibu-ibu (Mama-mama Papua). Mereka adalah empat suku pedalaman yang tinggal di lereng pegunungan Cartenz, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua. Masing-masing adalah suku Migani, Duga, Dani, dan suku Wolani.
"Jadi, ibu-ibu ini juga menjadi duta dari masing-masing suku. Kita pamerkan wisata, aneka macam suvenir dan budaya kita," kata Kepala Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Intan Jaya, Paulina Belau di Semarang, Kamis 5 Mei 2016.
Dia menuturkan, aneka suvenir yang dibawa khusus tersebut cukup beragam, mulai dari tas, pernak-pernik perhiasan, gantungan kunci, serta beberapa produk khas lain. Rata-rata, suvenir dibuat dari bahan baku yang berasal dari alam.
"Harapan kami, warga Semarang bisa melihat dan belajar langsung dari ibu-ibu suku kami ini. Kita juga jual suvenir kita, jika ada yang ingin membeli, " jelasnya.
Khusus untuk destinasi wisata di Kabupaten Intan Jaya, Paulina menyebut cukup banyak, mulai dari Pegunungan Cartenz yang terkenal dengan salju abadinya, wisata air terjun, dan sungai nan indah. Ada pula, budaya makam mayat berdiri yang kini menjadi magnet wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Intan Jaya, Januarius Maisini menyatakan, sebagai kabupaten yang baru saja terbentuk pada 2009, kabupaten Intan Jaya Papua, memang masih gencar melakukan promosi. Sebelum Semarang, mereka telah menjalani promosi serupa di Bali dan Yogyakarta.
"Kami ingin mengangkat dan melestarikan budaya daerah kami. Berharap, produk kami juga punya nilai ekonomi yang bisa diberdayakan," katanya.
Selain promosi, kedatangannya di Semarang, sekaligus belajar budaya, menajemen wisata, serta produk khas daerah untuk diterapkan di daerah mereka.
"Kami sudah ke Kota Lama, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, dan melihat bagaimana kota ini mengelola wisatanya," tambah dia.
Januarius mengaku, selama ini wisatawan yang datang ke Provinsi Intan Jaya, khususnya di Pegunungan Cartenz, sudah mencapai 2.000 wisatawan per tahun. Mereka rata-rata para turis dari Eropa dan Australia.
"Target kami nanti, 5.000 sampai 10 ribu wisatawan. Maka kita juga belajar untuk memberdayakan masyarakat suku kami di kawasan pegunungan," kata Januarius. (Viva)
Ada 11 orang yang secara khusus datang ke Semarang. Selain promosi wisata, mereka juga akan belajar budaya, serta memamerkan produk suvenir daerahnya selama tujuh hari.
Uniknya, seluruh warga Indonesia Timur ini berasal dari kalangan ibu-ibu (Mama-mama Papua). Mereka adalah empat suku pedalaman yang tinggal di lereng pegunungan Cartenz, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua. Masing-masing adalah suku Migani, Duga, Dani, dan suku Wolani.
"Jadi, ibu-ibu ini juga menjadi duta dari masing-masing suku. Kita pamerkan wisata, aneka macam suvenir dan budaya kita," kata Kepala Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Intan Jaya, Paulina Belau di Semarang, Kamis 5 Mei 2016.
Dia menuturkan, aneka suvenir yang dibawa khusus tersebut cukup beragam, mulai dari tas, pernak-pernik perhiasan, gantungan kunci, serta beberapa produk khas lain. Rata-rata, suvenir dibuat dari bahan baku yang berasal dari alam.
"Harapan kami, warga Semarang bisa melihat dan belajar langsung dari ibu-ibu suku kami ini. Kita juga jual suvenir kita, jika ada yang ingin membeli, " jelasnya.
Khusus untuk destinasi wisata di Kabupaten Intan Jaya, Paulina menyebut cukup banyak, mulai dari Pegunungan Cartenz yang terkenal dengan salju abadinya, wisata air terjun, dan sungai nan indah. Ada pula, budaya makam mayat berdiri yang kini menjadi magnet wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Intan Jaya, Januarius Maisini menyatakan, sebagai kabupaten yang baru saja terbentuk pada 2009, kabupaten Intan Jaya Papua, memang masih gencar melakukan promosi. Sebelum Semarang, mereka telah menjalani promosi serupa di Bali dan Yogyakarta.
"Kami ingin mengangkat dan melestarikan budaya daerah kami. Berharap, produk kami juga punya nilai ekonomi yang bisa diberdayakan," katanya.
Selain promosi, kedatangannya di Semarang, sekaligus belajar budaya, menajemen wisata, serta produk khas daerah untuk diterapkan di daerah mereka.
"Kami sudah ke Kota Lama, Lawang Sewu, Sam Poo Kong, dan melihat bagaimana kota ini mengelola wisatanya," tambah dia.
Januarius mengaku, selama ini wisatawan yang datang ke Provinsi Intan Jaya, khususnya di Pegunungan Cartenz, sudah mencapai 2.000 wisatawan per tahun. Mereka rata-rata para turis dari Eropa dan Australia.
"Target kami nanti, 5.000 sampai 10 ribu wisatawan. Maka kita juga belajar untuk memberdayakan masyarakat suku kami di kawasan pegunungan," kata Januarius. (Viva)
0 Response to "Empat Suku Pedalaman Papua ke Semarang Demi Promosi Wisata"
Post a Comment