Jakarta - Sekjen Komnas Pendidikan, Andreas Tambah, mengimbau pemerintah melihat kemampuan peserta didik. Beban jumlah jam saat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah cukup berat, sehingga tak perlu pergantian kurikulum yang berakibat pada penambahan jam pelajaran.
“Dampaknya akan luas, anak anak akan lebih terbebani lagi dengan penambahan jam ini. Bayangkan yang masuk dua shift (kelas siang dan sore). Maka kelas sore akan pulang hingga pukul 19.00 WIB, kan kasihan anak anak,” katanya.
Andreas mengatakan, negara maju seperti Singapura justru mengurangi jam pelajaran. “Kita hendaknya belajar dari negara yang sudah maju. Mereka saja mengurangi beban jam pelajaran. Kita justru menambah. Apakah pendidikan kita semakin bagus? Saya rasa tidak,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh, bersikukuh peserta didik mampu melaksanakan KBM dengan baik. Dia mengatakan, penambahan jam pelajaran 4-5 jam per minggu ini tidak akan banyak menambah beban siswa. “Saya rasa masih relevan. Jangan dibesar-besarkanlah, semua harus mendukung. Perlu digarisbawahi bahwa ini perminggu 4-5 jam,” ujarnya.
Nuh mengatakan, peserta didik lebih baik berada di sekolah saja, untuk mencegah pengaruh buruk lingkungan. Untuk itu, mantan Rektor ITS menghimbau seluruh kalangan memaklumi kondisi tersebut dan melihatnya secara positif.
“Kan jika anak ada di luar sekolah terlalu banyak akan mendorong pada hal negatif. Mereka lebih baik di lingkungan sekolah daripada di lingkungan yang kurang baik. Kita bisa merasakan bahwa zaman sekarang tak seperti dulu ibu ada di rumah ayah pulang cepat. Mereka minim pengawasan setelah pulang sekolah,” jelas Nuh. (harianterbit/kabarpapua.net)
0 Response to "Jam Pelajaran Bertambah di Kurikulum 2013, Komnas Pendidikan: Negara Maju Justru Mengurangi Jam Belajar"
Post a Comment