Ilustrasi (donna.fanpage.it) |
Seperti dilansir Today’s Opinion,
Kamis (14/8/2014), keterlambatan menikah banyak disebabkan faktor
ekonomi seperti kemiskinan, atau sosial seperti sikap keras keluarga
dalam menentukan syarat pasangan.
Selain itu, banyak juga
disebabkan faktor psikologi seperti lemahnya kepercayaan diri para
pemuda yang di antaranya disebabkan kesalahan dalam mendidik. Dalam
keluarga anak-anak terlalu dimanja sehingga ketika dewasa tidak
mempunyai kepercayaan diri untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab.
Di
kalangan wanita, keterlambatan menikah juga banyak disebabkan tingginya
tingkat pendidikan dan memperoleh pekerjaan yang baik. Wanita seperti
ini biasanya ingin menikah dengan laki-laki yang setara dalam pendidikan
dan pekerjaan. Karena wanita menginginkan suaminya menjadi pemimpin di
rumah tangga.
Melalui penelitian di atas, dapat diketahui
tingkat-tingkat keterlambatan dalam menikah di masing-masing negara di
dunia Arab. Misanya di Kuwait (13%), di Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat
(35%), di Yaman dan Libya (30%), di Sudan dan Somalia (20%), dan di Oman
dan Maroko (10%).
Adapun di Saudi Arabia, sensus teranyar
menunjukkan adanya 1.5 juta dari 4 juta wanita yang sudah waktunya
menikah tapi belum menikah. Namun demikian, tingkat paling tinggi
dialami Irak (85%).
Di Suriah 50% laki-laki yang sudah masuk usia
menikah belum juga menikah. Adapun di kalangan wanita yang berumur
antara 25-29 tahun, 60% di antaranya belum juga menikah. Bahkan 50% dari
para wanita yang belum menikah itu sudah berumur lebih dari 34 tahun.
Di
Libanon, di antara laki-laki yang berumur antara 25-30, terdapat 95%
yang belum menikah. Sedangkan perempuan dalam rentang umur yang sama,
83% di antaranya belum menikah.
Di Mesir, terdapat 15 juta
laki-laki dan perempuan yang belum menikah padahal umur mereka telah
melebihi 30 tahun. Sejumlah 9 juta di antaranya telah berumur lebih dari
35 tahun. (msa/dakwatuna)
0 Response to "Tingkat Keterlambatan Menikah di Dunia Arab Sangat Tinggi"
Post a Comment