Wukuf di Arafah, Sebuah Kajian Berdasarkan Ayat Al-Qur'an

umrohhaji.net
Hari ini Jumat (3/10/2013) bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1435 H para jamaah haji sedang melaksanakan wukuf di Arafah. Wukuf di Arafah ini merupakan puncak ibadah yang wajib untuk diikuti oleh semua jamaah haji. Pelaksanaan wukuf tahun ini bertepatan dengan hari yang paling diagungkan umat Islam, yakni hari Jumat sehingga pelaksanaan haji tahun ini dinamakan dengan haji akbar. Seperti apakah pelaksanaan puncak ibadah haji itu, mari kita simak uraian-uraian berikut ini.

Arafah adalah nama sebuah bukit terletak sekitar 20 Km di sebelah timur kota Makkah, tempat melaksanakan salah satu manasik yang paling penting dalam ibadah haji, yaitu “wukuf di Arafah” pada 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Wukuf di Arafah merupakan puncak pelaksanaan manasik haji, sebagaimana sabda rasulullah SAW: “Puncak manasik haji adalah wukuf di Arafah”.

Nama Arafah berasal dari Bahasa Arab “عَــــــــرَفـَـــــــةُ” (mengetahui), sejarah penamaannya kembali kepada peristiwa ribuan tahun yang lalu, yaitu ketika nabi Ibrahim as memohon kepada Allah diberitahukan manasik ibadahnya (Lihat: QS: 02: 128), maka Allah mengutus malaikat Jibril as memperagakan manasik kepadanya. Mula-mula Jibril membawa Ibrahim tawaf di Baitullah, lalu ke bukit Shafa, bukit Marwah, Mina, Muzdalifah, dan terakhir ke jabal Arafah; setelah rampung semua peragaan manasiknya, maka Jibril bertanya kepada Ibrahim: “أَعَرَفْتَ؟ أَعَرَفْتَ؟” (Apakah kamu sudah mengetahui? 2x), kemudian Ibrahim menjawab: “عَرَفْتُ... عَرَفْتُ” (saya sudah mengetahui... saya sudah mengerti). 

Masjid Namirah di Arafah (republika.co.id)
Ada juga versi riwayat menceritakan: Ketika Adam as dan bunda Hawa turun dari surga, mereka mendarat di bumi secara terpisah satu sama lain, dan akhirnya keduanya bertemu di lokasi jabal Arafah maka mereka saling mengetahui keberadaannya di tempat itu. Dan bagi umat Islam jabal Arafah – sekarang – telah menjadi ajang pertemuan besar; setiap tahun berkumpul di sana jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia untuk saling mengetahui dan mengenal satu sama lain dalam satu tujuan bersama yaitu menunaikan ibadah haji sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT.

Allah berfirman:

فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (١٩٨) ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٩٩)

Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat; Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: 02: 196 – 199)

Puncak Manasik Haji Wukuf Di Arafah:

sabahforum.com
Allah berfirman:

فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ

Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat,,,;

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa puncak prosesi manasik haji adalah wukuf di padang Arafah, seperti sabda rasulullah SAW: “Haji adalah wukuf di Arafah”, oleh karena itu bagaimana pun kondisi calon haji - selama masih bernafas - maka dia tetap wajib berada dan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah, dengan waktu antara mulai tergelincir matahari (dzuhur) sampai terbenamnya menjelang maghrib, tidak boleh di wakili oleh siapa pun. 


Jika calan haji tidak melakukan wukuf atau tidak memasuki wilayah Arafah pada waktu yang ditentukan tersebut, maka dia terhitung tidak menunaikan ibadah haji. Tidak boleh mengikuti wukuf dari Makkah, karena Arafah berada di luar garis batas tanah haram, yaitu salah satu garis batas tanah haram dari arah timur, luasnya secara keseluruhan sekitar 10,4 Km2.

Selama wukuf di Arafah para jamaah haji berzikir menyebut nama Allah dan memperbanyak doa; melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar dengan (qashar dan  jama’ taqdim) secara berjamaah dan mendengarkan khutbah wukuf, sambil tetap memanjatkan doa dan zikir.

Berzikir Di Masy’aril Haram:

 

Allah berfirman:

أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (١٩٨)

Artinya: “kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat;

Yaitu, berangkat meninggalkan Arafah setelah terbenam matahari, memasuki malam kurban (10 Dzulhijah), menuju ke Masy’aril Haram yaitu Muzdalifah. Mabit (bermalam) di Muzdalifah; melaksanakan shalat Maghrib dan Isya (qashar shalat Isya dan jama’ ta’khir); memperbanyak zikir dan do’a; mengambil minimal 7 butir batu kerikil untuk melontar Jamrah Aqabah; dan shalat Subuh di Muzdalifah.

Bertolak Menuju Mina:

Allah berfirman:

ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٩٩)

Artinya: “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah-Muzdalifah) dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: 02: 199)

Manasik selanjutnya, setelah mabit di Muzdalifah dengan memperbanyak zikir dan doa di Masy’aril Haram tersebut, maka - setelah matahari terbit dan mulai terang - lalu bertolaklah dari Muzdalifah, yaitu tempat orang-orang bertolak itu dari semenjak nabi ibrahim as sampai sekarang, menuju ke Mina; langsung menuju Jamrah Aqabah dan melontar 7 butir batu secara berturut sambil membaca “Allahu Akbar” setiap lemparan. 


Kemudian berangkat menuju ke tempat penyebelihan memotong “hadyu” (binatang kurban); pergi tawaf di Baitullah; Sa’i di Shafa dan Marwah. Dan kembali bermalam di Mina selama hari-hari tasyriq (11-12-13 Dzulhijjah) melontar tiga Jumrah (ulaa, wusthaa dan aqabah) sekali tiap hari selama hari-hari tasyriq tersebut, maka selesailah semua manasik haji sebagaimana telah di contohkan nabi Muhammad SAW yang di warisi dari buyutnya Ibrahim as.

Sumber: my-bukukuning.blogspot.com

Subscribe to receive free email updates: