Dua baris jok yang masing-masing baris berisi tiga kursi itu kini berada di geladak KRI Bung Tomo dengan posisi ditumpuk dan terikat. Air laut masih menggenangi beberapa bagiannya.
Komandan KRI Bung Tomo, Kolonel Laut Yayan Sofiyan mengatakan saat akan melakukan evakuasi, gelombang laut cukup tinggi dan angin yang berhembus pun kencang. Namun tim evakuasi tidak bisa tinggal diam karena melihat jok yang berisi tiga jenazah terombang ambing di lautan.
"Kelihatannya satu keluarga ayah, ibu, dan anak duduk terikat seat belt membuat kita iba. Sehingga anak buah kami dalam situasi cuaca ekstrim, tinggi gelombang 3 sampai 4 meter dan kecepatan angin 25 knot, melakukan evakuasi. Rasa lelah seolah sirna," kata Yayan di KRI Bung Tomo yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Minggu (4/1/12014).
KRI Bung Tomo kemudian melihat lagi jok berisi dua jenazah yang juga dalam kondisi terikat seat belt. Evakuasi pun dilakukan terhadap dua jenazah yang diduga suami istri itu.
"Yang anak-anak kita tidak tahu perkiraan umurnya. Tapi sekitar 25 tahun ke bawah. Melihat mereka masih satu ikatan sampai ajal menjemput membuat situasi ekstrim tidak kita rasakan," imbuhnya.
KRI Bung Tomo setidaknya sudah mengevakuasi 10 korban dan berbagai pecahan pesawat serta barang-barang milik korban. Jenazah sudah diambil menggunakan helikopter sementara pecahan pesawat dan barang korban masih berada di kapal.
"Rata-rata korban wajahnya sudah rusak, pergelangan tangan dan kaki patah mungkin karena impact saat benturan," ujar Yayan. (detik)