Politisi Partai Gerindra itu tambah geram usai bertemu langsung dengan beberapa petinggi situs-situs tersebut seperti Hidayatullah, Islam.com dan Islamiccenter.com di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (2/4) malam.
“Saya kaget karena saya pikir situs yang diblokir itu situs aneh-aneh. Tapi, ternyata situs yang punya kredibilitas dan integritas. Ini bahayakan kebebasan berekspresi,” ungkapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menyebut, penutupan situs-situs itu juga adalah tindakan yang provokatif dari BNPT. “Harus mencabut penutupan situs-situs ini. BNPT ini keterluan!,” ketusnya.
Fadli berharap, pemerintah terlebih dahulu berkonsultasi dengan para ahli dan cendekiawan Islam, seperti pihak Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebelum menutup sebuah situs yang dianggap radikal.
Selain itu, komunikasi dengan pengelola situs menurut Fadli juga harus dijalankan. “Ini salah satu kemunduran dalam berekspresi dan menyatakan pendapat. Tanya dulu pengelola situs dan jika diperlukan, lewat pengadilan,” tukasnya.
Lebih jauh, Fadli meminta pemerintah untuk memahami arti kata radikalisme secara utuh.
“Radik itu artinya akar, maka memelajari sesuatu harus mengakar, kalau mengkaji. Yang enggak boleh itu fundamentalisme yang mengarah ke kekerasan. Dikasih nasihat, dibina kalau dianggap melenceng. Jadi, saya tidak melihat cara-cara seperti ini dilakukan di era seperti ini, ini cara yang mundur,” tutupnya. (okezone/kabarpapua.net)
0 Response to "Fadli Zon: BNPT keterlaluan"
Post a Comment