Ketika Media Barat 'Mendukung' Genosida di Gaza

Headline
vtjp.org
Tahukah Anda di mana ghetto terbesar di dunia pasca Perang Dunia II? Jika cukup jujur, dan tidak terpengaruh propaganda Israel melalui media Barat, Anda pasti menjawab Jalur Gaza. Sekeping wilayah itu, kini dihuni 1,5 juta penduduk Palestina, adalah ghetto sesungguhnya.

Bukan hanya ghetto terbesar, tapi juga terlama. Di Eropa, ghetto Yahudi yang dibuat Nazi hanya berusia beberapa tahun. Ghetto bernama Jalur Gaza telah berusia 47 tahun.

Tidak ada harapan bagi penghuni Jalur Gaza untuk hidup berdamai dengan pembuat ghetto, yaitu Israel. Setiap kali ada upaya perdamaian, Israel akan mengajukan syarat tak masuk akal yang membuat pembicaraan hancur.

Yang juga membedakan Jalur Gaza dengan ghetto di Eropa adalah masih ada perlawanan dari masyarakatnya. Namun, perlawanan itulah yang membuat Israel selalu punya alasan untuk membunuh penduduk di dalamnya.

Israel memprovokasi gerakan perlawanan, agar punya alasan menjatuhkan bom. Ketika provokasi gagal, Israel mencari cara lain.
Salah satunya, dan yang menjadi dasar penyerangan 20 hari terakhir, penculikan tiga pemuda Palestina. Banyak pengamat Timur Tengah memperkirakan Israel sendiri yang melakukan penculikan itu, lalu menyalahkan Hamas.

Propaganda Israel cepat diterima media Barat dan AS. BBC, New York Times, CNN, dan Fox News, misalnya, menutup mata atas semua pembunuhan warga sipil di Jalur Gaza. Setiap berita yang mereka turunkan selalu dimulai dengan kalimat "serangan roket Hamas ke Israel......."

Tariq A. Al Maeena, komentator politik Timur Tengah yang kini tinggal di Jeddah, mengatakan tidak ada lagi netralitas dan keberpihakan media Barat terhadap kemanusiaan. Bahkan media Barat mengkhianati asas jurnalistik paling mendasar, yaitu pelaporan seimbang.

Bisa dimaklumi. Banyak pejabat media Barat dan AS adalah orang-orang Yahudi pendukung zionis. "Anda tidak akan membaca laporan berimbang dari media-media ini," tulis Al Meena. "Mereka juga tidak berani memberitakan Israel dipersenjatai Barat sejak lendudukan Palestina tahun 1967."

Atau, media Barat tidak pernah memberitakan tentang 2.500 warga sipil Palestina yang menjadi kekejaman Israel dalam tujuh tahun terakhir.

Media-media Barat dan AS, menurut Al Meena, adalah bagian dari konspirasi penghancuran Jalur Gaza beserta isinya. Penghancuran dimulai dengan blokade ekonomi, yang bertujuan membuat penduduk Jalur Gaza ke titik keputus-asaan dan ketidak-berdayaan paling rendah.

Apakah New York Times melaporkan semua ini. Tentu saja tidak. Tidak akan pernah ada cerita bagaimana penduduk Jalur Gaza hidup tanpa kebutuhan dasar mencukupi. Anda juga tidak akan pernah mendapatkan kabar bagaimana tank-tank Israel menghancurkan tanah pertanian, setiap pohon yang berdiri, peternakan ayam, masjid, dan sekolah, di Jalur Gaza, di koran-koran Barat.

Jika bukan karena sekelompok Yahudi yang punya rasa kemanusiaan, dunia tidak akan pernah mendengar gagasan-gagasan mengerikan dari masyarakat Israel mengenai bagaimana mengatasi 'masalah Palestina'. Salah satu gagasan paling keji diutarakan akademisi Israel, agar setiap tentara Israel yang masuk ke Gaza memperkosa wanita-wanita Palestina.

Tujuannya, mematahkan perlawanan. Lebih spesifik lagi, agar dari rahin wanita Palestina lahir anak-anak Yahudi, yang kelak bisa berintegrasi dengan saudara mereka di Israel.

Gagasan lain, yang mungkin lebih keji, diutarakan anggota Knesset. Ayelet Shaked, anggota parlemen Israel itu, mengusulkan pembunuhan semua wanita dan anak-anak Palestina. Ini bukan gagasan baru, tapi warisan Golda Meier, PM pertama Israel.

Israel boleh saja punya gagasan, tapi penduduk Jalur Gaza telah sampai pada satu tekad; terus melawan sampai mati syahid untuk anak cucu. (inilah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Media Barat 'Mendukung' Genosida di Gaza"

Post a Comment