Idul Fitri di Kamp Pengungsi Muslim Rohingya

Headline
ucanews.com
Seperti di Jalur Gaza, tidak ada pesta menyambut Idul Fitri di kamp-kamp pengungsi Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. Yang ada hanya takbir dari masjid sederhana tanpa pengeras suara, dan anak-anak yang berlarian.

Idul Fitri juga hanya diisi dengan shalat dan ceramah. Mereka yang hadir mengenakan pakaian seadanya, tapi bersih. Ada lelehan air mata ketika doa dipanjatkan, dan saling peluk dan cium saat usai shalat.

Semua itu luput dari perhatian dunia, tapi tercatat dengan baik dalam laporan Yanghee Lee -- utusan HAM PBB yang meninjau kamp-kamp pengungsi Muslim Rohingya sebelum Idul Fitri.

Kepada sejumlah media, Lee menyatakan keprihatinan serius tentang kondisi kamp yang dihuni 100 ribu Muslim Rohingya. Ia memperingatkan situasi hak asasi di Myanmar kemungkinan akan menjadi sangat buruk dalam beberapa bulan ke depan.

Lee berada di kamp pengungsi selama 10 hari, dengan misi mencari fakta pelanggaran HAM oleh pemerintah Myanmar dan mayoritas pemeluk Buddha. Ia akan melaporkan semua kondisi ini ke PBB.

Dalam pernyataan setebal sepuluh halaman, Lee menulis; "Situasi kamp sangat menyedihkan. Ada diskriminasi sistematik."

Penghuni kamp tidak memiliki akses memadai untuk memperoleh layanan dasar. Orang-orang mati di kamp, karena kurangnya perawatan medis darurat, dan kegagalan mengobati penyakit sederhana, dan kondisi yang berhubungan dengan kehamilan.

Sebelum Lee melaporkan semua ini, koresponden Associated Press melaporkan tentang seorang ayah yang menggali kubur setelah menyaksikan istrinya melahirkan. Sang ayah seolah tahu bayinya akan mati dalam beberapa jam setelah keluar dari rahim. Perkiraan itu benar.

"Muslim Rohingya menghadapi diskriminasi sistematis, yang meliputi pembatasan bergerak, akses terhadap tanah, makanan, air, pendidikan, kesehatan, pembatasan pernikahan dan persalinan," ujar Lee.

Lee juga khawatir rencana Myanmar mewujudkan koeksistensi damai hanya akan menyebabkan pemisahan permanen masyarakat Buddha dan Muslim. Untuk mencegahnya, Lee mengusulkan adanya aturan hukum internasional yang melarang pidato kebencian terhadap salah satu etnis, penyebaran dan hasutan melakukan kekerasan, dan diskriminasi, lewat internet.

"Kami juga menyerukan penarikan paket legislatif yang disebut perlindungan ras dan agama, karena hanya akan membatasi hak-hak masyarakat sipil," ujar Lee. (inilah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Idul Fitri di Kamp Pengungsi Muslim Rohingya"

Post a Comment