Tanpa Tindakan Keji 'Mahal', Tidak Ada Negara Israel

Headline
 
 
Namanya Katie. Dia berasal dari Belanda, tapi tidak mengabdi kepada negara yang membesarkannya. Ia lebih bangga berseragam Angkatan Laut Israel.

Apakah pemerintah Belanda menyebut Katie -- serta ratusan warga negeri Kincir Angin yang bertempur untuk Israel -- jihadstrijders atau pejuang jihad. Ternyata tidak.

Bayangkan jika Katie memilih bertempur untuk Palestina, atau berangkat ke Suriah dan bergabung dengan Islamic State in Iraq and Levant (ISIL). Dia pasti akan disebut jihadist oleh media Barat.

Katie mungkin tidak menembakan meriam dari kapal-kapal AL Israel, tapi tersenyum ketika anak-anak Palestina tumbang bersimbah darah dan mati, atau tersiksa oleh rasa sakit akibat serpihan bom.

Katie adalah generasi kesekian serdadu asing di militer Israel, yang memainkan peran penting; menjamin negara Yahudi menjalankan politik apartheid-nya, dan penghancuran keluarga Palestina.

Hanine Hassan, kandidat PhD dari Universitas Columbia, menulis keterlibatan prajurit Amerika dan Eropa terjadi sejak kali pertama upaya pembentukan negara Israel. Bahkan jauh sebelumnya, atau sejak hari pertama gerakan zionis.

Saat perang 1948, sebanyak 4.000 veteran Perang Dunia II dari AS, Kanada, dan negara-negara Eropa, terlibat dalam operasi militer di Palestina. Mereka melayani proyek zionis dengan keahliannya sebagai penembak meriam, pilot pesawat tempur, dan membangun angkatan laut.

Mereka disebut 'mahal', kata dalam bahasa Ibrani yang berarti relawan. Mahal digunakan untuk menyebut siapa saja; Yahudi atau non-Yahudi Eropa dan AS, yang bertempur untuk pendirian negara Isael.

Dalam konteks sejarah hubungan Barat terhadap zionis, jumlah 4.000 mahal tidaklah signifikan. Namun, mereka berperan penting dalam transformasi politik dan demografi Palestina.

Yitzhak Rabin, mantan PM Israel, mengakui semua ini. "Mereka datang ketika kami sangat membutuhkan mereka selama Perang 1948."

Menurut Hanine Hassan, yang dilakukan mahal bukan sekadar bertempur, tapi pembersihan etnis di kota-kota berpenduduk Palestina. Mereka merampas tanah, mendepopulasi komunitas Palestina, dan membantai.

Tanpa mahal, dengan segala tindakan keji-nya, tidak pernah ada negara Israel. Menariknya, dukungan mahal tidak berhenti setelah Israel berdiri, tapi sampai saat ini.

Ribuan mahal dari 40 negara Eropa mengalir ke Israel untuk melayani semua unit-unit tempur. Program rekrutmen dilakukan secara online. Warga negara non-Israel keturunan Yahudi, misalnya, ditawari bertugas selama 18 bulan di garis depan pertempuran. Mereka diintegrasikan ke dalam unit wajib militer.

Saat ini, sekitar 100 warga negara Inggris melayani militer Israel. Jumlah yang signifikan. Bahkan ibu-ibu Inggris yang anak-anaknya berperang untuk Israel membentuk kelompok dukungan.

Tahun 2009, Baron Ahmed dari Rotherham sempat mempertanyakan hal ini kepada House of Lord, tapi dijawab dengan diplomatis. Lima tahun kemudian, parlemen Inggris -- dalam laporan setebal 246 halaman -- memaparkan banyaknya Muslim Inggris yang berjuang di Suriah, Somalia, dan Afghanistan, tapi tidak menyebut ada warga Inggris yang bertempur untuk Israel.

Padahal, UU Inggris 1870 menyebutkan melayani militer negara asing adalah kejahatan. Inggris akan menggunakan UU ini untuk mengkriminalisasi jihadist, tapi tidak untuk mahal. (inilah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tanpa Tindakan Keji 'Mahal', Tidak Ada Negara Israel"

Post a Comment