- See more at: http://kisahsukses.info/kisah-sukses-ari-prasetyo-dengan-bisnis-singkong-keju-meletus.html#sthash.J7uCmitU.dpuf
- See more at: http://kisahsukses.info/kisah-sukses-ari-prasetyo-dengan-bisnis-singkong-keju-meletus.html#sthash.J7uCmitU.dpuf
Pernah mendengar lagu era 80-an berjudul Anak Singkong?
Dulu orang memang suka mengontraskan singkong dan keju. Singkong identik dengan
kemiskinan, sedangkan keju melekat pada si kaya. Ternyata, kini, singkong dan
keju bernasib sama: menyatu dalam camilan singkong keju.
Bahkan, saking larisnya, perpaduan keduanya
mendatangkan rezeki yang mengalir deras bagi para penjualnya. Ari Prasetyo,
salah satunya. Dia salah seorang pebisnis skala kecil yang menekuni usaha ini.
Di tangannya, singkong dan keju menjadi makanan camilan tradisional yang
membuat lidah pelanggan ketagihan. Penggemarnya datang dari berbagai kalangan,
mulai kelas kaki lima hingga orang kantoran.
Ari menamakan produknya Singkong Keju Meletus. Kok
bisa? Tak ada filosofi yang mendasarinya. Cuma, kata Ari, pada 2005 silam,
ketika dia baru menjalani bisnis ini, di Bandung, Jawa Barat, Gunung Merapi
tengah meletus. Jadilah nama usahanya seperti itu. Awalnya, dia mengikuti jejak
sukses sang kakak yang terlebih dulu menjalani usaha ini. “Ide sebenarnya
berawal dari usaha kakak yang baru tiga bulan buka namun langsung mendapat
sambutan yang baik dari pembeli,” paparnya, kemarin.
Tergiur melihat keberhasilan usaha sang kakak,
motivasi usaha Ari bangkit. Dia kemudian berguru pada sang kakak selama satu
bulan. “Sekalipun saudara, soal bumbu dan cita rasanya sangat rahasia dan tidak
terbuka,” tandasnya.
Setelah cukup ilmu, Ari lantas membuka usaha sendiri.
Modal awalnya cuma Rp 2 juta. Kini, jangan mengernyitkan dahi keheranan kalau Ari
mengaku omsetnya mencapai Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan. “Kini saya
tinggal menikmati manisnya saja,” katanya.
Awalnya memang tak mudah memasarkan singkong keju.
Pelanggan masih menganggapnya sekadar singkong goreng biasa. Bahkan hanya untuk
memasarkan, ia sempat menyebarkan brosur ke tempat keramaian. Namun, kini,
masyarakat mulai memburu. Bahkan, di saat week-end, pembeli dari Jakarta
memburu singkong keju buatannya ke Bandung.
Dalam dua hari, Ari menghabiskan 700 kg singkong dan
3,5 kg keju kraf. Bahkan, suatu saat dia pernah menghabiskan 17 kuintal
singkong per hari sehingga kewalahan melayani tamu. Ari menjual singkong
buatannya dalam dua kategori. Harga singkong dalam boks ukuran kecil, Rp 7.000.
Sedang kan harga singkong keju dalam boks besar Rp 10.000.
Ari mengaku, untuk menjalankan usaha ini relatif
gampang. Soalnya, dari segi tempat tak memerlukan lokasi yang mewah. Di kaki
lima pun pelanggan memburu. “Pembeli dari berbagai kalangan bisa menikmati
camilan gurih yang khas ini,” tandasnya.
Secara fisik, sebetulnya tidak ada yang istimewa
singkong buatan Ari dengan singkong goreng lainnya, kecuali warnanya yang lebih
kuning dan serpihan singkongnya hancur ketika digoreng. Tapi, soal rasa,
singkong keju bikinannya jauh lebih nikmat ketimbang singkong biasa. Keju,
itulah kunci kenikmatan Singkong Keju Meletus.
Cara membuatnya juga relatif gampang. Terlebih dulu
singkong digoreng setengah matang. Setelah itu, singkong direndam dalam cairan
keju selama kira-kira dua menit. Diamkan beberapa menit agar bumbu meresap.
Pada tahap akhir, singkong setengah matang berlumur keju tersebut kembali
digoreng untuk kedua kalinya.
Cara pembuatan yang gampang namun penikmatnya yang
berjubel inilah yang membuat singkong keju kini banyak tersebar di kota-kota
besar lainnya. Termasuk Jakarta. Dedi salah satunya. Baru tiga bulan lalu Dedi
menekuni bisnis singkong keju di kawasan Palmerah, Jakarta Barat. Namun
pelanggannya sudah banyak, rata-rata dari orang kantoran.
Dedi merancang produk singkong keju dengan topping
coklat, meses, atau susu. “Selain empuk didalam dan gurih diluar, tampilan jadi
lebih ramai,” katanya. Proses pembuatannya sama dengan Ari Prasetyo.
Dedi membanderol harga singkong buatannya Rp 5.000
ukuran kecil dan Rp 7.000 ukuran besar. Dalam sehari, Dedi menghabiskan dua
kuintal singkong yang diambil dari Sukabumi dan tiga kilogram keju.
Mengawali usaha yang hanya bermodalkan sebesar Rp 6
juta untuk pembelian gerobak dan berikut alat masaknya, dalam tiga bulan modal
sudah balik. Keuntungan per hari mencapai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta.
“Lumayan, baru buka usaha sudah mendapat sambutan baik dari masyarakat,” tandasnya.
(kisahsukses/kabarpapua.net)