Tumbuhkan Minat Baca, Buku Digital Ancang-Ancang Diluncurkan


 Seorang guru mencoba mengoperasikan program solusi pendidikan dengan menggunakan digital di Jakarta, Rabu (26/3).  (Republika/Yasin Habibi)

JAKARTA -  Penerbit Indonesia digawangi oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) tengah berancang-ancang menghadapi era buku digital. Pada era tersebut, produksi buku tidak hanya dicetak melalui kertas, tapi dipasarkan dalam bentuk buku digital.

“Kedatangan era digital harusnya tidak menjadi ancaman bagi sistem print, tidak menafikan tapi saling mendukung, keduanya diharapkan berjalan paralel,” kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Lucya Andam Dewi ditemui di sela kegiatan pameran pada Sabtu (1/11).

Makanya, yang terpenting bagi industri penerbitan adalam memperkuat konten, bukan fokus pada print atau digital. Sebab percuma saja, dengan sajian dalam bentuk apapun tapi pembacanya tidak ada.

Terlebih, kata dia, indeks membaca masyarakat Indonesia masih rendah setara dengan Myanmar. Maka adalah tugas penerbit bersama dengan penulis, illustrator dan editor serta elemen pendukung penerbitan buku lainnya untuk memproduksi buku berkualitas dan menarik minat baca.

Di samping menjadi tugas penerbit, membangkitkan minat baca juga harus melibatkan pemerintah, jika tujuannya agar masyarakat pintar.  “Saat ini bahkan harus ada sedikit pemaksaan dari pemerintah, dalam artian pemerintah mewajibkan kepada anak didik untuk banyak membaca dengan mekanisme tertentu,” katanya.

Misalnya, siswa diwajibkan membaca sekian buku dalam sebulan atau per semester dan ada pelaporannya juga pengujian hasil baca.  Hal tersebut menurutnya efektif dalam mendorong minat baca masyarakat.

Sebab pada akhirnya, jika seorang anak Indonesia sejak kecil gemar membaca, ia akan mendapatkan keuntungan dari segi materi maupun keilmuan, baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, tetangganya juga untuk Negara.

Sementara itu, untuk kalangan penerbit sendiri, Lucya menyebut, para penerbit sejak awal telah sadar akan kedatangan era buku digital.
“Mereka masih memantau, sudah ada belum marketnya di Indonesia, wait and see tapi baru sedikit yang melakukan langkah pasti dalam persiapannya,” tuturnya.

Disebutkan Lucya, dari 1300 anggota IKAPI dengan jumlah delapan ratus orang yang aktif, baru satu sampai dua persen saja yang dengan serius mempersiapkan penerbitan buku digital. Di tengah ancang-ancang, IKAPI juga tengah memikirkan sistem keamanan yang tepat, agar pemasaran buku digital aman dari pembajakan. (rol/kabarpapua.net)

Subscribe to receive free email updates: