Meski saat itu jumlah penerbit buku Islam belum banyak, tapi Ikapi DKI Jakarta memiliki gagasan untuk membuat sebuah pameran buku khusus untuk buku-buku Islam.
Ketua IKAPI DKI Jakarta Afrizal Sinaro menceritakan, lahirnya IBF dilatarbelakangi kurangnya nuansa Islami pada pameran-pameran buku kala itu, yaitu Indonesia Book Fair dan Jakarta Book Fair.
“Setelah berdiskusi dengan beberapa penerbit buku Islam, kita sepakat pada 2001 mengadakan IBF,” kata Afrizal kepada Republika, Rabu (25/2).
Ia menjelaskan, saat itu, Ikapi Jakarta juga mendiskusikan istilah atau penamaan yang tepat bagi pameran buku Islam yang akan diselenggarakan.
Ada yang mengusulkan pameran tersebut bernama Pameran Buku Muharram yang nantinya diselenggarakan saat tahun baru Islam. Namun, akhirnya disepakati nama pameran menggunakan nama umum, yakni Islam, sehingga muncul nama Islamic Book Fair.
Kala itu, Ikapi Jakarta belum yakin IBF bisa sepenuhnya dilaksanakan. Penyebabnya, penerbit-penerbit buku Islam saat itu berjumlah sangat sedikit, yaitu 75 penerbit.
Selain itu, Ikapi juga terkendala masalah dana dari pemerintah dan sponsor sehingga hanya bisa menyewa bagian luar dari Istora Senayan.
“Hal-hal yang membuat kita tidak yakin IBF akan berjalan dengan lancar juga salah satunya adalah karena kami tidak yakin saat itu banyak pengunjung yang akan datang,” ujar Afrizal mengisahkan.
Lantaran ada ketakutan dari panitia mengenai jumlah pengunjung yang sedikit, kata Afrizal, setiap panitia menghadirkan ibu-ibu majelis taklim untuk datang ke acara IBF dengan membantu menyewakan Metro Mini.
Dengan demikian, pengunjung IBF pertama saat itu ramai oleh ibu-ibu pengajian. “Waktu itu, karena diresmikan oleh Wakil Presiden Hamzah Haz, kami mencoba pengunjung IBF terlihat seramai mungkin. Kesediaan Wakil Presiden untuk datang pun kami dapat melalui jalur partai,” cerita pria asal Sumatera Barat ini. (rol/kabarpapua.net)
0 Response to "Demikian Awal Lahirnya Islamic Book Fair"
Post a Comment