Pengamat: BIN Jangan Seperti 'Pemadam Kebakaran' Saja

Pengamat: BIN Jangan Seperti 'Pemadam Kebakaran' Saja
Pengamat militer-intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, masalah toleransi beragama di Papua memang jarang terjadi. Karena itu Badan Intelijen Negara (BIN) bersama TNI, Polri dan tokoh masyarakat sampai elemen terbawah harus dapat menemukan embrio masalahnya.

"Siapa tahu saja kejadian pembakaran mesjid itu efek domino dari masalah utamanya. Jadi seharusnya di Papua-pun tekhnologi komunikasi serta kepiawaian intelijen kita di sana mampu atasi masalah temuan informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan," ujarnya, Senin, 20 Juli 2015.

Ia menerangkan, jika memperhatikan kompleksitas persoalan tentang Papua saat ini, termasuk di dalamnya terdapat aksi kekerasan bersenjata terhadap aparat dan warga sipil. Karena itu, perlu untuk segera diadakan pembahasan bersama jajaran pemerintah untuk menginisiasi gagasan baru dalam rangka mencari solusi yang komprehensif tentang masalah Papua, secara damai dan bermartabat dalam bingkai NKRI.

"Babinkamtibmas dan Kominda itu perlu ada komunikasi yang lebih cair dan info dari pusat bisa sampai ke desa-desa. Agar keamanan dapat terselenggara dengan baik," ujarnya.

Ia menegaskan, BIN jangan dilihat bekerja sendirian, karena BIN harus bekerja dengan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda).

"Jangan hanya BIN yg disalahkan ini harus dilihat secara holistik dan terintegrasi. BIN dan Kominda juga jangan bertindak seperti aksi pemadam kebakaran saja, pencegahan harus diutamakan." (Viva)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengamat: BIN Jangan Seperti 'Pemadam Kebakaran' Saja"

Post a Comment