Dari Penyerahan hingga Pemakaman Jenazah Pilot Trigana, Suasana Duka Menyelimuti

(Liputan 6 TV) 
Isak tangis mewarnai kedatangan jenazah Kapten Hasanudin, pilot pesawat Trigana Air yang jatuh di Distrik Okabape, Kabupaten Pengunungan Bintang, Papua. Jenazah datang dengan mobil ambulans dan tiba sekitar pukul 20.00 WIB di rumah duka Kampung Bitung RT 02/05, Desa Kadu Jaya, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (22/8/2015).

Saat tiba di depan gerbang rumah duka, keluarga korban langsung histeris. Bahkan, istri korban Siti Zaenab jatuh lemas. Ketiga anak almarhum juga tak hentinya menangis di peti jenazah sang ayah yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai pilot.

Suasana duka juga dirasakan para tetangga sekitar tempat almarhum Kapten Hasanudin tinggal. Warga mengaku merasa kehilangan sosok yang ramah dan mudah bergaul tersebut.

Serah Terima di Halim

Jenazah Kapten Hasanuddin tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, sekitar pukul 18.15 WIB menggunakan pesawat Trigana Air jenis Boeing 737-300.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com jenazah disambut dengan upacara serah terima oleh pihak manajemen Trigana Air kepada keluarga. Terlihat puluhan karyawan Trigana Air memberikan penghormatan terakhir kepada ‎jenazah pilot berusia 60 tahun itu.

"Jenazah tiba pukul 18.15 WIB menggunakan pesawat Boeing 737-300. Kemudian kami lakukan upacara seremoni. Selanjutnya kami serahkan ke pihak keluarga," ujar Direktur Operasi Trigana Air Beni Sumaryanto usai memimpin upacara di Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.

Usai serah terima jenazah, sejumlah karyawan Trigana Air melanjutkan perjalanan ke kediaman almarhum di kampung halamannya Bitung Cisereh, Kecamatan Curug, Tangerang, Banten.

Dimakamkan di Tangerang

Pemakaman jenazah Pilot Trigana Air Kapten Hasanudin diiringi kesedihan yang mendalam keluarga dan kerabat. 

Jenazah yang tiba di rumah duka di Kampung Bitung Kabupaten Tangerang pada Sabtu 22 Agustus 2015 sekira pukul 21.00 WIB itu langsung dishalatkan dan dimakamkan.

Prosesi pemakaman pilot yang dikenal baik tersebut dirundungi duka mendalam, terlihat sang isteri tidak bisa menahan kesedihan dan beberapa kali nyaris pingsan.

Dari sekian banyak kerabat dan anggota keluarganya, terlihat Ardi anak Kedua Kapten Hasanudin yang tidak larut dalam kesedihan histeris. 

"Kalau dibilang sedih ya sedih, kehilangan sosok seorang ayah, terakhir saya ketemu Bapak pada Kamis (13 Agustus) lalu dan saya yang antar Bapak ke Bandara untuk menuju ke Sentani," ujar Ardi.

Menurutnya ayahnya adalah sosok yang baik, tegas, dan pekerja keras. Kapten Hasanudin ialah panutan bagi keluarga.

"Bapak orang pekerja keras dan orang tidak pernah mengeluh kalau mendapat jadwal terbang kapan pun," ungkapnya.

Tak lupa ia pun berterima kasih kepada seluruh tim evakuasi dari Basarnas, TNI dan Polri yang tidak kenal lelah mencari para korban pesawat Trigana Air.

"Saya mewakili keluarga meminta maaf jika ada kesalahan almarhum. Saya juga berterima kasih untuk Tim dari Basarnas, TNI, masyarakat yang sudah membantu mengevakuasi para korban," kata Ardi.

Pesawat Trigana Air diketahui terjatuh di kawasan Pegunungan Papua pada Minggu 16 Agustus 2015. Sebanyak 49 penumpang dan lima kru tewas dan telah dievakuasi.

Saat ini, sebagian penumpang sudah berhasil diidentifikasi dan dikembalikan ke keluarganya. (Liputan6/Viva)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dari Penyerahan hingga Pemakaman Jenazah Pilot Trigana, Suasana Duka Menyelimuti"

Post a Comment