![]() |
Keluarga Mutamimul Ula dan Wirianingsih |
Anak pertama, Afzalurahman Assalam
Putra pertama. Hafal Al-Qur’an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programme 2007.
Putra pertama. Hafal Al-Qur’an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai peserta Pertamina Youth Programme 2007.
Anak kedua, Faris Jihady Hanifah
Putra kedua. Hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.
Anak ketiga, Maryam Qonitat
Hafal Al-Qur’an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.
Anak Keempat, Scientia Afifah Taibah
Putri keempat. Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur’an tingkat SMA se-Jakarta Selatan.
Anak Kelima, Ahmad Rasikh ‘Ilmi
Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur’an, dan duduk di MA Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.
Anak Keenam, Ismail Ghulam Halim
Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur’an, dan duduk di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi.
Anak Ketujuh, Yusuf Zaim Hakim
Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur’an dan duduk di SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.
Anak Kedelapan, Muhammad Syaihul Basyir
Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur’an, Bogor. Yang sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz pada saat kelas 6 SD.
Anak Kesembilan, Hadi Sabila Rosyad
Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an. Diantara prestasinya dalah juara I lomba membaca puisi.
Anak Kesepuluh, Himmaty Muyassarah
Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an.
Keluarga Mutammimul Ula
Pada akhirnya kita dapat menarik
simpulan, di balik kesuksesan Kang Tamim ternyata ada satu sosok wanita
yang telah melahirkan sebelas keturunannya. Siapa lagi kalau bukan
istrinya, Wirianingsih. Memang
Siapa Wirianingsih ?
Sosok besar yang bertitel lengkap Dra. Wirianingsih, Bc.Hk.
lahir di Jakarta, 11 September 1962 (48 tahun). Selain ibu rumah
tangga, banyak aktivitas yang dia lakukan diantaranya menjadi dosen,
kuliah pasca sarjana, dan aktivis perempuan. Terkini adalah menjadi
anggota Dewan Pertimbangan PP Persaudaraan Muslimah (Salimah) bersama
Ustazah Yoyoh Yusroh, Nursanita Nasution, dll dimana sebelumnya dia
menjadi Ketua Umum. Mereka adalah anggota DPR dari fraksi yang sama
dengan Mutammimul Ula.
Lalu, metode apa yang Kang Tamim dan Mbak Wiwi terapkan dalam mendidik putra-putrinya?
Kuncinya adalah keseimbangan proses.
Begitu simpulan dari metode pendidikan anak-anak sebagaimana tertulis
dalam buku “10 Bersaudara Bintang Al-Quran. “ Walapun mereka berdua
sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling
bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Maghrib jadwal
mereka yaitu berinteraksi dengan Al-Quran.
Guna mendukung kesuksesan program ini,
mereka mencanangkan kebijakan sederhana, yakni: menyingkirkan televisi
dari rumah, tidak memasang gambar-gambar selain kaligrafi, tidak
membunyikan music-musik yang melalaikan, dan tidak ada perkataan kotor
di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Hal yang cukup mendasar yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10 bersaudara bintang Al-Quran adalah visi dan konsep yang jelas
Pertama adalah menjadikan putra-putri seluruhnya hafal Al-Quran.
Kedua, pembiasaan dan
manajemen waktu. Setelah salat Subuh dan Maghrib adalah waktu khusus
untuk Al-Quran yang tidak boleh dilanggar dalam keluarga ini. Sewaktu
masih bltita, Wirianingsih konsisten membaca Al-Quran di dekat mereka,
mengajarkannya, bahkan mendirikan TPQ di rumahnya.
Ketiga,
mengkomunikasikan tujuan dan memberikan hadiah. Meskipun awalnya merasa
terpaksa, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal Al-Quran
sebagai hal yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi
yang baik sangat mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal
Al-Quran, mereka diberi hadiah. Barangkalo semacam reward atas
pencapaian mereka, mengenai punishment tidak dijelaskan secara rinci.
Penulis buku itu juga membahas urgentitas
menjadi hafiz Al-Quran. Penulis mengklasifikasikannya menjadi dua
bagian: keutamaan dunia dan keutamaan akhirat. Fadhail dunia antara
lain: hifzul Al-Quran merupakan nikmat rabbani, mendatangkan kebaikan,
berkah dan rahmat bagi penghafalnya, hafiz Al-Quran mendapat penghargaan
khusus dari Nabi (tasyrif nabawi), dihormati umat manusia, dan menjadi
keluarga Allah di muka bumi. Sedangkan fadhail akhirat meliputi:
Al-Quran menjadi penolong (syafaat) penghafalnya, meninggikan derajat di
surga, penghafal Al-Quran bersama para malaikat yang mulia dan taat,
diberi tajul karamah (mahkota kemuliaan), kedua orang tuanya diberi
kemuliaan, dan pahala yang melimpah.
Penulis : Izzatul Jannah – Irfan Hidayatullah
Dimuat di desaislam.wordpress.com