Tim Shields - (Foto: istimewa) |
“KENALKAN nama saya Tim Shields,” katanya ramah. Dialah chief executive officer (CEO), PT Asuransi Cigna. Tim memang dikenal sebagai pria yang ramah, murah senyum dan rendah hati. Dia baru April lalu menjabat sebagai CEO setelah lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tentu saja OJK bisa menilai Tim layak memimpin Cigna, lantaran rekam jejak Tim yang cukup panjang di industri asuransi. Lebih dari 20 tahun, pria berdarah Skotlandia ini berkutat dengan asuransi. Dia memimpin perusahaan asuransi di negara-negara emerging market, seperti Vietnam, Singapura, Mesir dan Dubai. Namanya pernah tercatat sebagai direktur utama untuk AIG dan AIA. Dia pernah menjadi Managing Director untuk Uni Emirat Arab, sebelumnya dia dipercaya menjadi Vice Chairman dan Managing Director di Mesir. “Bisa dibilang asuransi jiwa sudah menjadi passion hidup saya,” aku dia.
Kiprah pertamanya di Asia adalah di tahun 2000 dan ditempatkan sebagai general manager dari operasional asuransi jiwa dan umum di Singapura. Tim Shields memiliki pengalaman yang luas di bidang manajemen umum, penjualan, pemasaran dan distribusi. Dia juga memiliki ketajaman bisnis dan kompetensi kepemimpinan yang sangat mumpuni. Reputasi Tim di industri asuransi ini membuat dirinya menjadi Anggota Dewan Federasi Asuransi Mesir dan Ketua Asuransi, Pasar Modal dan Komite Perbankan American Chamber of Commerce Mesir
Indonesia bukanlah hal yang asing bagi pria kelahiran Kingsbury, 17 August 1962 dan bernama lengkap Timothy John Shields ini. Sebelum ditarik memimpin Cigna, dia didaulat menjadi Presiden Direktur PT Asuransi Jaya Proteksi (Japro) selama dua tahun dan bertugas membenahi Japro yang akan bergabung dengan PT ACE INA Insurance (ACE INA). “Saya memimpin proses akuisisi Japro dengan Ace,” ceritanya.
Tim pun mengaku bangga terpilih sebagai CEO Cigna Indonesia dan jadi bagian dari Cigna Corporation. Dia mengaku, tujuannya adalah untuk melanjutkan kesuksesan luar biasa yang telah diraih selama ini, dan membantu Indonesia untuk memiliki kehidupan yang lebih sehat. “Misi Cigna untuk menjadi bagian dari perjalanan itu, membantu orang mencapai kesehatan yang lebih baik dan ketentraman melalui berbagai produk inovatif kami, layanan, SDM dan kemudahan akses,” papar Tim.
Tiga Kali Lipat
Dalam pandangan Tim, Cigna memiliki ambisi yang realistis untuk mengembangkan bisnis. Targetnya adalah tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan. Tim bertekad akan meningkatkan pendapatan Cigna dan dia sangat optimistis Cigna akan memiliki pertumbuhan yang pesat di masa mendatang. “Visi saya adalah mengembangkan bisnis Cigna hingga tiga kali lipat dari yang sekarang,” katanya.
Visi tersebut, jelas Tim, bisa diraih dengan terus memperluas bisnis langsung dan memperdalam hubungan dengan pelanggan. “Ini adalah kunci keberhasilan yang mendorong pertumbuhan bisnis di lebih dari 30 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia,” terang dia.
Ambisi pertumbuhan yang ditetapkan untuk Cigna Indonesia, sambung Tim, dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Negara ini memiliki potensi yang sangat besar mengingat penetrasi asuransi yang rendah. “Indonesia juga sudah di jalur yang tepat untuk menjadi perekonomian terbesar ke-4 di dunia, dengan populasi terbesar ke-4, dan didukung dengan pertumbuhan yang kuat dari kelas menengah. Ke depannya juga masih bagus.”
Saat ini, Cigna menargetkan pendapatan premi sebesar US$ 300 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun dalam lima tahun ke depan dengan memacu setiap lini bisnis perusahaan. Untuk mencapai hal itu, Tim mengembangkan strategi dengan berupaya memaksimalkan akses distribusi untuk untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Tim pun sadar, pelanggam memiliki arti yang sangat penting.
Selama ini, dalam memimpin, Tim sangat memperhatikan kebutuhan pelanggan. “Itu yang selama ini kami lakukan. Sebab, bila saya gambarkan seperti susunan piramida, maka pelanggan berada di posisi yang paling atas,” terang dia.
Agar kepuasan tercapai, Tim berencana menambah jumlah pegawai untuk layanan langsung maupun melalui telepon (telemarketing). “Mungkin kami akan menambah sekitar 500 telemarketing,” ucapnya. Selain itu, dia juga akan memperbanyak akses call center. Tim tidak ragu untuk berinvestasi pada teknologi yang tinggi, manajemen yang handal, dan karyawan yang profesional.
Dia yakin, apabila armada sudah dipenuhi, maka target Cigna dapat terealisasi seiring dengan pencapaian kinerja pada semester I-2014 yang membukukan pendapatan premi Rp 542,13 miliar. Angka itu naik sebesar 101,23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lulusan Heriot-Watt University Edinburgh, Riccarton, Scotland ini mengaku sangat betah di Indonesia. Inilah negara keempat terbesar di dunia yang memiliki potensi bisnis yang cukup menjanjikan. “Potensinya yang besar inilah yang membuat saya tertantang untuk terus berkarya di sini,” kata dia. “Saya kira inilah tahun terbaik untuk meluncurkan target yang ambisius,” sambungnya.
Meski sudah lama berada di Indonesia, dia mengaku bahasa Indonesianya belum terlalu lancar. Meski belum lancar, hidup di Jakarta sudah memberinya kenyaman. Kendala bahasa tidaklah menjadi masalah. “Di sini memang selalu macet parah dan saya menyetir sendiri dari rumah di sekitar Kemang sampai ke Kuningan. Saya punya motor dan sering saya pakai untuk ke kantor karena lebih cepat sampai,” cerita dia seraya tertawa lebar. (inilah/kabarpapua.net)