25 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

Headline 
 
Berlin - Cliewe Juritza, mantan tahanan politik, sedang duduk-duduk santai di sebelah barat Berlin ketika tembok yang membelah kota runtuh.

Itu 25 tahun lalu. Juritza baru beberapa tahun dibebaskan dari penjara Jerman Timur karena beberapa kali mencoba menyeberang ke Barat. Ia berhasil tiba di Barat, tapi mencoba kembali ke Timur karena rindu keluarga.

"Sore hari seorang pria yang datang berteriak; dinding terbuka, dinding terbuka," kenang Juritza.

"Saya berkata kepada orang itu; Jangan bermimpi," lanjutnya.

Keesokan hari, Juritza menemukan semua yang dibicarakan lelaki itu bukan mimpi. Itu terjadi setelah hampir dua bulan setelah dia gagal kembali ke Jerman Timur untuk menjenguk keluarga.

Kini, Juritza bekerja sebagai pemadu wisata di Berlin. Ia kerap memberikan informasi kepada wisatawan tentang penduduk Berlin timur saat masih di bawah komunis dan saat ini.

Juritza berkeras kisah-kisah tentang masa pemerintahan komunis di Berlin timur tidak boleh dilupakan.

"Kisah orang-orang yang mencoba melarikan diri, yang ditembak di dinding, atau masuk penjara, perlu diceritakan kembali," ujar Juritza.

Yang juga tak boleh dilupakan adalah kejahatan Stasi, polisi rahasia pemerintah komunis Jerman Timur. Menurutnya, jika diceritakan ke generasi berikut, kisah-kisah ini terkubur bersama semua korban dan terlupakan.

"Jika itu terjadi, kita tidak belajar dari sejarah," ujarnya.

Di bekas markas Stasi di Berlin timur, Franziska Kelch berimprovisasi tentang rekonstruksi mengerikan. Menampilkan diri seperti interogator, ia bermonolog.

Sekelompok orang duduk di kursi sederhana, di sebuah ruang berbau tak sedap tahun 1960-an. Orang-orang itu ketakutan.

Seraya tersenyum, dan masih berakting ala anggota Stasi, Kelch memperingatakan tahanan; "Istri kalian mungkin tidak menunggu untuk mengaku. Bagaimana jika anak-anak kalian tumbuh tanpa kau."

Kelch tinggal di Jerman Barat delapan tahun sebelum tembok Berlin runtuh. Ia memiliki banyak pengalaman dengan Stasi dan penyiksaan khas Uni Soviet.

Setelah tembok runtuh, Kelch bertemu seorang gadis yang orang tuanya lari dari Berlin timur. Bersamanya, Kelch belajar tentang kisah-kisah penindasan yang begitu dekat dengan rumahnya.

Salah satu kisah menarik adalah bagaimana seorang rekannya bercerita tetangganya mematai-matai, menulis laporan untuk Stasi. Jika Stasi menganggap sebagai ancaman negara, orang itu akan dicomot.

Akhir pekan ini, semua orang di Berlin, timur dan barat, akan berkumpul dengan mengenang peristiwa itu dengan Lichtgrenze -- instalasi 8.000 balon helium menyala. Balon berjajar sepanjang 13 kilomete, atau sepanjang tembok Berlin.

"Ini adalah simbol yang baik untuk tidak melupakan peristiwa," ujar Juritza. "Namun Lichtgrenze tidak dapat mencerminkan seperti apa tembok Berlin."

Satu hal yang ingin dilihat Kelch adalah rekaman orang-orang menyerangi pos pemeriksaan Berlin Barat. Ia juga ingin melihat rekaman dirinya menyeberangi perbatasan.

"Saya mungkin akan menangis," ujarnya. (inilah/kabarpapua.net)

Subscribe to receive free email updates: