Ayat-Ayat Cinta 2, Hadir Lagi Lewat Cerbung di Republika

Habiburrahman El Shirazy

Habiburrahman El-Shirazy, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, yang akrab disapa Kang Abik, dikenal sebagai novelis nomor satu Indonesia versi INSANI Universitas Diponegoro Semarang. Gelar itu diberikan atas karya fenomenalnya, Ayat-Ayat Cinta (AAC).

Kini, Ayat-Ayat Cinta yang diterbitkan Republika Penerbit pada 2004 telah memasuki usia ke-10. Pada usianya yang ke-10 tahun, Kang Abik akan kembali merilis atau menerbitkan AAC Jilid 2 pada 2015.

Seperti AAC Jilid 1 yang sebelum diterbitkan menjadi buku telah dibuat cerita bersambung (cerbung) di harian Republika maka AAC Jilid 2 ini pun akan didahului dengan cerbung di Republika.

Seperti apa kisahnya, bagaimana romantisme pada AAC 2 ini, apakah Fahri (tokoh utama dalam AAC Jilid 1) sukses membangun rumah tangganya bersama Aisha sepeninggal Maria? Apakah alur cerita AAC Jilid 2 masih mengambil setting di Timur Tengah? Simak penuturan Kang Abik seputar AAC 2 kepada wartawan Republika, Syahruddin El-Fikri, berikut ini.

Ayat-Ayat Cinta (AAC) seri kedua akan kembali diterbitkan. Apa yang melatarbelakangi penulis AAC 2 ini?

Setelah AAC difilmkan dan sukses, alhamdulillah, banyak permintaan dari masyarakat agar saya membuat sekuelnya. Mereka masih ingin tahu bagaimana perjalanan Fahri setelah dibebaskan di penjara. Apakah melanjutkan kuliah di Al-Azhar didampingi Aisha atau pulang ke Indonesia. Mereka juga ingin apa sentuhan dakwah yang akan diberikan oleh Fahri selanjutnya. Desakan seperti terus berdatangan. Itulah yang melatarbelakangi saya menulis AAC Jilid 2.

Kang Abik kembali melanjutkan seri kedua ini setelah 10 tahun berlalu, bagaimana perjalanannya?

Alhamdulillah, AAC diterima dengan penuh cinta oleh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat Asia Tenggara. Bahkan, ada yang menulis buku Saat Bioskop Jadi Majelis Taklim: Sihir Film Ayat-Ayat Cinta. Itu karena melihat fenomena majelis taklim yang berbondong-bondong menonton AAC.

Presiden pun sempat mengajak dubes negara sahabat untuk menonton filmnya. Novelnya juga mendapatkan penghargaan dari banyak institusi, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Di antaranya, penghargaan Pena Award 2005, IBF Award 2006, Paramadina Award 2009, serta Anugerah Tokoh Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara 2012 dari Ketua Menteri Besar Sabah Malaysia. Novel ini juga menginspirasi banyak penulis, bahkan ada yang judulnya sampai dimirip-miripkan, nama penulisnya juga.

Mengapa momentum ini justru saat AAC sudah memasuki satu dekade. Mengapa tidak lima tahun lalu atau tiga tahun lalu?

Satu dasawarsa boleh dibilang tidak terlalu dekat, juga tidak terlalu jauh. Dari AAC 1 sampai AAC 2, ibarat menu telah saya hadirkan berbagai hidangan untuk pembaca. Sudah saya hidangkan Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2, Dalam Mihrab Cinta, Cinta Suci Zahrana, Bumi Cinta, dan Api Tauhid. Ini saat yang pas untuk menghidangkan Ayat-Ayat Cinta 2 dengan setting dan konflik yang berbeda. Tapi, kekhasan karakter Fahri tetap melekat.

Bagaimana perkembangan dunia sastra belakangan ini atau setelah 10 tahun AAC 1?

Saya terbiasa memandang perkembangan bangsa dan negeri ini dengan pandangan optimistis. Termasuk, perkembangan sastra di negeri ini. Menurut saya, perkembangannya cukup menggembirakan.

Banyak muncul penulis muda dengan karya berbobot. Seperti yang sebut tadi, ada penulis muncul mengikuti tren Ayat-Ayat Cinta, sebagai pemantik tidak masalah. Selanjutnya, mereka akan jadi penulis dengan jati diri mereka sendiri. Yang mungkin agak kurang justru adalah kritikus sastra. Belum hadir kritikus sekaliber HB Jassin.

Apa saja inspirasi yang didapat masyarakat dengan kehadiran AAC 1?

Di antaranya, Islam itu agama penuh cinta dan kasih sayang. Semakin dalam penghayatan seseorang akan Islam, semestinya harus semakin besar rasa cinta dan kasih sayangnya kepada sesama dan seluruh alam. Berikutnya, Islam adalah ilmu.

Pemuda Islam yang mencintai Islam semestinya juga mencintai kedalaman ilmu, seperti Fahri yang dalam kondisi terik panas luar biasa tetap melangkahkan kaki menempuh jarak puluhan kilometer demi talaqqi, belajar langsung, pada gurunya, yaitu Syekh Ustman. Juga, memegang prinsip-prinsip Islam dengan benar dan bijak itu menurut saya sangat sangat keren, he he he.

Kang Abik, ada pengamat sastra yang menyebut karya Kang Abik mengingatkan pada karya Buya Hamka, seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijk dan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Tanggapan Anda?

Segala puji hanya milik Allah. Saya menyampaikan terima kasih yang mendalam atas apresiasi itu. Namun, jujur saya ini masih harus banyak belajar. Saya belum ada apa-apanya dibandingkan Buya Hamka. Beliau ulama besar dan sastrawan besar.

Dan, pada akhirnya karena latar belakang zaman dan pendidikan yang mungkin berbeda maka saya rasa Buya Hamka adalah Buya Hamka dengan segala ketokohannya. Dan, saya menjadi diri saya sendiri dengan sejarah yang berbeda.



Jika dibandingkan dengan salah satu karya terbaru Kang Abik, yaitu Api Tauhid, bagaimana dengan AAC 2 ini?

Insya Allah sama-sama serunya. Api Tauhid dengan setting sejarah masa-masa akhir Khilafah Turki Ustmani dengan balutan kisah romansa Fahmi-Nuzula pada era modern. Sedangkan, Ayat-Ayat Cinta 2 ber-setting Eropa Barat modern.

Jika di Api Tauhid ada kalimat Badiuzzaman Said Nursi, “Eropa sedang mengandung janin Islam”, maka Ayat-Ayat Cinta 2 menggambarkan kalimat Said Nursi itu. Saya memotret kehidupan riil Muslim di Inggris Raya, khususnya Kota Edinburgh.

Kapan rencananya akan diterbitkan AAC 2 ini, Kang?

Ya, saya berharap dimuat bersambung dulu di harian Republika sampai tuntas seperti AAC 1, setelah itu diterbitkan. Artinya, ketika para remaja dan masyarakat luas sudah khatam Api Tauhid, hadirlah Ayat-Ayat Cinta 2.

Apakah ada rencana Ayat-Ayat Cinta 2 juga difilmkan?

Insya Allah. Mohon doanya.

Terakhir, Kang, banyak pembaca yang ingin tahu apa resep Kang Abik bisa menciptakan karya yang boleh dikata selalu best seller?

Hmm... Begini, singkat saja ya. Setiap kali menulis jangan lupa membaca basmalah. Lalu, begitu mulai menulis, jangan biarkan tangan yang menulis kata-katamu, tapi serahkan kepada jiwa dan hati untuk menulisnya! Selamat berkarya. Dan, selamat menikmati Ayat-Ayat Cinta 2. (rol)

Subscribe to receive free email updates: