Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Papua menemukan 23 dari 256 orang yang melakukan sirkumsisi prepex atau sunat modern menggunakan suntik silikon atau menggunakan ramuan lainnya pada kemaluannya.
Akibatnya, ke-23 orang tersebut tak bisa disunat modern dan dirujuk dengan sunat tradisional. Bahkan ada beberapa orang yang dirujuk harus operasi bedah. Sekretaris KPAD Papua, Constant Karma menuturkan campuran suntik silicon yang ditemukan KPAD, ada juga yang menggunakan bahan dasar minyak rambut yang dicairkan dan disuntikkan langsung pada kemaluan laki-laki.
“Sekitar 10% pendaftar sirkumsisi menggunakan silikon, ada juga yang alat kelaminnya di bungkus dengan ramuan tradisional Papua dengan maksud membesarkan alat kelaminnya. Kegiatan seperti ini harus dijelaskan kepada publik karena tidak benar dan menyesatkan,” katanya kepada wartawan.
Apalagi yang menggunakan suntik dan cara tradisional untuk membesarkan alat kelamin adalah anak-anak usia produktif. Padahal, semua benda asing yang masuk kedalam tubuh tanpa pengawasan, sangat beresiko dan sewaktu-waktu bisa berubah jadi kanker dan penyebab penyakit lainnya.
Salah satu dokter di Rumah Sakit Jayapura, Samuel Baso menuturkan setiap tahunnya angka orang yang melakukan bedah karena kesalahan menggunakan silicon di kemaluannya meningkat. “Paling tidak setiap harinya ada 1-2 orang yang dibedah akibat penyalahgunaan silicon. Penderita yang datang, rata-rata alat kelaminnya sudah rusak,” jelasnya.
Sirkumsisi modern di kampanyekan oleh KPAD setempat sejak 5 tahun lalu. Di tahun ini sirkumsisi baru dapat dilaksanakan di tanah Papua. Dalam tahapan awal, sirkumsisi ini dilakukan di empat kabupaten di Papua dan Papua Barat yakni Wamena, Paniai, Manokwari, dan Kota Jayapura.
Sunat modern baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Untuk tahapan awal, Papua diberikan jatah 1800 unit prepex dari Bill Clinton Foundatioan melalui CHAI (Clinton Health Access Initiative). KPAD Papua membagi 310 prepex di Kota Jayapura, 190-an unit untuk Wamena, 200-an unit untuk Manokwari dan 150-an unit untuk di Paniai. Satu unit prepex harganya berkisar 25 dollar dengan bahan habis pakai. (Gatra)
Akibatnya, ke-23 orang tersebut tak bisa disunat modern dan dirujuk dengan sunat tradisional. Bahkan ada beberapa orang yang dirujuk harus operasi bedah. Sekretaris KPAD Papua, Constant Karma menuturkan campuran suntik silicon yang ditemukan KPAD, ada juga yang menggunakan bahan dasar minyak rambut yang dicairkan dan disuntikkan langsung pada kemaluan laki-laki.
“Sekitar 10% pendaftar sirkumsisi menggunakan silikon, ada juga yang alat kelaminnya di bungkus dengan ramuan tradisional Papua dengan maksud membesarkan alat kelaminnya. Kegiatan seperti ini harus dijelaskan kepada publik karena tidak benar dan menyesatkan,” katanya kepada wartawan.
Apalagi yang menggunakan suntik dan cara tradisional untuk membesarkan alat kelamin adalah anak-anak usia produktif. Padahal, semua benda asing yang masuk kedalam tubuh tanpa pengawasan, sangat beresiko dan sewaktu-waktu bisa berubah jadi kanker dan penyebab penyakit lainnya.
Salah satu dokter di Rumah Sakit Jayapura, Samuel Baso menuturkan setiap tahunnya angka orang yang melakukan bedah karena kesalahan menggunakan silicon di kemaluannya meningkat. “Paling tidak setiap harinya ada 1-2 orang yang dibedah akibat penyalahgunaan silicon. Penderita yang datang, rata-rata alat kelaminnya sudah rusak,” jelasnya.
Sirkumsisi modern di kampanyekan oleh KPAD setempat sejak 5 tahun lalu. Di tahun ini sirkumsisi baru dapat dilaksanakan di tanah Papua. Dalam tahapan awal, sirkumsisi ini dilakukan di empat kabupaten di Papua dan Papua Barat yakni Wamena, Paniai, Manokwari, dan Kota Jayapura.
Sunat modern baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Untuk tahapan awal, Papua diberikan jatah 1800 unit prepex dari Bill Clinton Foundatioan melalui CHAI (Clinton Health Access Initiative). KPAD Papua membagi 310 prepex di Kota Jayapura, 190-an unit untuk Wamena, 200-an unit untuk Manokwari dan 150-an unit untuk di Paniai. Satu unit prepex harganya berkisar 25 dollar dengan bahan habis pakai. (Gatra)
0 Response to "Gegara Silikon, Para Lelaki Papua Ini Tak Bisa Disunat Modern"
Post a Comment