Saksi lainnya yang telah diperiksa adalah Bupati Tolikara Usman Wanimbo dan Presiden GIDI, Pendeta Dorman Wandikbo.
“Kedua petinggi GIDI Tolikara yakni Pendeta Nayus Wenda dan Marthen Jingga mengakui ada penanda-tanganan surat larangan ibadah itu. Namun salah satu dari mereka juga mengaku tak menanda-tangani surat ini, sehingga kami telah mengirimkan bukti surat tersebut ke laboratorium foresik untuk dicek kebenarannya. Kita akan lihat perkembangannya nanti,” kata Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw kepada wartawan di Jayapura.
Pihaknya tetap akan meneruskan proses hukum pada insiden Tolikara, walaupun sejumlah pihak meminta kepolisian setempat untuk tidak lagi meneruskan proses hukum itu.
Di dalam konflik masyarakat seperti ini, polisi berpegang pada pihak korban yang rumah dan tempat usahanya dibakar ataupun terbakar oleh sekelompok orang. Apalagi saat ini, posisi korban masih berada di pengungsian.
“Kami berharap, pemerintah melakukan percepatan pembangunan termasuk mushola yang ikut terbakar bersama dengan rumah dan tempat usaha warga setempat. Jika percepatan pembangunan ini cepat diselesaikan, maka akan memulihkan kejiwaan mereka dan pasti ada kata maaf dari mereka,” ucap Waterpauw.
Pada 17 Juli lalu, sekelompok orang melakukan penyerangan kepada umat muslim di Karubaga disaat sedang melakukan sholat Idul Fitri. Akibat penyerangan ini, ratusan rumah dan mushola terbakar.
Penyerangan warga dipicu masalah surat larangan ibadah yang ditanda-tangani dua petinggi GIDI Tolikara. Pasca insiden ini, polisi menetapkan dua tersangka yang diduga sebagai provokator dalam penyerangan warga, AK (26 tahun) dan JW (31 tahun) yang saat ini masih di tahan di Mapolda Papua. (Gatra)
0 Response to "Polisi Masih Periksa 60 Saksi Insiden Tolikara"
Post a Comment