Karya Aktivis Salman ITB ini Jadikan Tunanetra Bisa Membaca Buku

Aulia (paling kiri) ketika sidang tugas akhir. (Dok. pribadi)
Aulia Rahmatika (paling kiri) saat sidang tugas akhir yang mengusung pengembangan alat pengubah teks-gambar menjadi suara. (Dok. pribadi)

Oleh: Ana Shofiya Kurniawati

Pada dasarnya, proyek tugas akhir atau TA memang menguji kemampuan seorang mahasiswa. Menguji seberapa mampu ia menanggung gelar sarjana di akhir namanya. Apalagi jika TA tersebut dapat memberi manfaat bagi sesama. Hal inilah yang dilakukan salah seorang aktivis Masjid Salman ITB, Aulia Rahmatika.
Bersama dua orang temannya, Aulia membuat alat pengubah teks-gambar menjadi suara. Alat ini akan membaca teks dalam suatu gambar kemudian menerjemahkannya dalam bentuk suara.

Ide pembuatan alat ini mereka dapatkan setelah survei ke beberapa perusahaan dan rumah sakit. Salah seorang dokter mengusulkan pembuatan alat pembaca teks yang dapat membantu penderita low vision dan tunanetra untuk membaca buku.

Penderita low vision merupakan orang yang mengalami gangguan penglihatan yang tidak dapat dibantu dengan menggunakan kacamata. Rentang gangguan penglihatan pada penderita low vision sangat luas, mulai dari gangguan penglihatan setelah miopi (rabun jauh) dan presbiopi (mata tua) hingga sebelum kebutaan. Penderita low vision memiliki mata yang mudah lelah sehingga mereka kurang bersemangat dalam mengerjakan sesuatu yang membutuhkan fokus penglihatan tinggi, misalnya membaca.

“Sebenarnya target pengguna alat ini adalah pelajar yang menderita low vision. Dengan alat ini mereka dapat membaca buku lebih baik,” tutur Aulia yang semasa kuliahnya aktif di unit Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) ITB, Majelis Taklim (Mata) Salman ITB, dan Keluaraga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB.

Alat pengubah teks menjadi suara sendiri telah dibuat di luar negeri, namun harganya cukup mahal, yakni sekitar 10 juta rupiah. Selain itu, terdapat juga aplikasi yang dapat mengubah teks menjadi suara. Sayangnya aplikasi tersebut kebanyakan dapat diunduh dengan ponsel iPhone dan berbayar.

Berdasarkan alasan di atas, Syamsu Dhuha Foundation tertarik dengan proyek Aulia dan kawan-kawan. Dari 700 anggota Syamsu Dhuha, 600 di antaranya penderita lupus dan sisanya penderita low vision.

Kini, Aulia yang telah mendapatkan gelar sarjana dari Sekolah Tinggi Elektronika dan Informatika (STEI) ITB terus berusaha mengembangkan alat yang telah ia ciptakan. Tak hanya itu, ia juga tetap berkonstribusi untuk Masjid Salman ITB dengan aktif sebagai salah satu asisten manajer di Biro Kehumasan Masjid Salman ITB. (Salmanitb)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karya Aktivis Salman ITB ini Jadikan Tunanetra Bisa Membaca Buku"

Post a Comment