Jika dikonversi di mana 1 galon setara 3,8 liter, maka harga bensin per liternya adalah Rp 7.368 di negara itu.
Tingkat harga ini belum pernah terjadi sejak 2009. Lebih dari duapertiga stasiun pengisian bahanbakar umum (SPBU) di negara itu menjual produk bensin termurah di bawah US$ 2 per galon, menurut badan Layanan Informasi Harga Minyak AS (Oil Price Information Service).
“Pertanyaannya adalah, berapa lama harga di bawah US$2 ini bertahan — hitungan hari, pekan atau bulan,” kata Tom Kloza, seorang analis minyak.
“Menurut saya, kondisi ini akan bertahan setidaknya hingga Januari.”
Anjlonya harga BBM itu membuat para pemilik kendaraan rata-rata mampu menghemat US$540 tahun ini, dengan asumsi setiap pengisian mereka membelanjakan US$ 10, kata Kloza.
Penyebab utama turunnya harga bensin eceran di SPBU adalah anjloknya harga minyak mentah, yang makin meluncur turun sejak 4 Desember ketika negara-negara pengekspor minyak utama gagal mencapai kesepakatan tentang kuota produksi.
Kelebihan pasokan sebagian juga diakibatkan oleh tingginya produksi di Amerika yang memecahkan rekor.
Harga minyak mentah anjlok menjadi US$34,5 per barel, yang terendah dalam tujuh tahun terakhir. Badan Energi Internasional (International Energy Agency) meramalkan penurunan ini akan berlanjut pada 2016.
Terakhir kali harga bensin semurah ini terjadi di era Resesi Besar yang membuat banyak warga AS kehilangan pekerjaan dan konsumsi minyak turun drastis.
Meskipun permintaan tidak sepenuhnya mati, namun Asia dan Eropa mengurangi permintaan karena melemahnya perekonomian dan itu membuat harga minyak dunia tetap rendah.
Faktor lain adalah menguatnya dolar AS dan fakta bahwa Iran kembali bersiap mengekspor minyak setelah sanksi ekonomi dicabut.
Pada musim dingin di Amerika, harga bensin juga cenderung turun karena regulasi lingkungan membolehkan kilang minyak memproduksi campuran BBM murah. Juga di musim dingin arus kendaraan umumnya berkurang. (Beritasatu)
0 Response to "Perlu Tahu, Harga Bensin di Amerika Rp 7.300 per Liter"
Post a Comment