HNW: Pemimpin Baru harus kembali ke Fitrah seperti ajaran Islam

Kesyukuran diperlukan bagi umat Islam di Indonesia, mengingat  masih banyak saudara – saudara seiman  di berbagai penjuru dunia teraniaya dan menderita.

Demikian salah satu materi khutbah Idul Fitri mantan ketua MPR RI, Dr Hidayat Nur Wahid (HNW).

“Kesyukuran diperlukan mengingat saudara kita  seperti di Myanmar, Sri Lanka, Iraq, Suriah, Afrika Tengah dan apalagi Palestina khususnya Gaza yang masih sangat memerlukan peduli dan bantuan kita semua agar mereka juga dapat lebih maksimal lagi menikmati kehadiran Ramadhan seperti yang kita nikmati di Indonesia,” ujarnya saat menjadi khatib di Kampus Bumi LPPI  Jal Kemang Raya, Jakarta Selatan, Senin (28/07/2014) pagi.

Tak lupa, HNW juga mengingatkan bahwa Idul Fitri tahun ini juga adalah momentum yang penting untuk dimaknai dalam konteks kita sebagai Bangsa dan Negara.

HNW juga menyinggung  bila Ramadhan tahun ini tepatnya pada tanggal 11 Ramadhan 1435 bertepatan dengan 9 Juli 2014 kita semua warga Bangsa Indonesia telah melaksanakan kedaulatan kita sebagai rakyat Indonesia dengan memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

“Dengan demikian kita akan mempunyai Presiden dan Wakil Presiden yang baru yang tentu harus melaksanakan janji dan komitmennya untuk Indonesia yang lebih baik, lebih hebat dan lebih bermartabat dan apalagi janji – janji tersebut telah disampaikan secara terbuka kepada seluruh warga Bangsa Indonesia di bulan Ramadhan.”

Menurut HNW,  Islam mengajarkan tentang Fitrahnya para pemimpin yang bisa diamalkan dengan sifat – sifat dasar para Nabi dan Rasul, yaitu sifat siddik (jujur dan bersungguh – sungguh), amanah (konsisten dan komitmen melaksanakan dan menjaga tugas dan kewajiban), Tabligh (menyampaikan secara baik dan benar segala peraturan kehidupan berbangsa dan bernegara) dan Fathonah ( cerdas dan tanggap / empatik terhadap permasalahn dan potensi warga bangsa dan negara).

Al – Quran juga sering menyebut pemimpin sebagai “ Imam “ ( ia harus selalu ada di depan menjadi teladan dan bertanggung jawab penuh untuk kesuksesan amanah yang sedang di emban ) atau sebagai “khalifah“ (yaitu pemimpin yang menyadari bahwa ia melanjutkan kepemimpinan selanjutnya, ia tidak akan langgeng dalam kepemimpinannya, dan karenanya dia mempersiapkan kondisi yang kondusif untuk hadirnya kaderisasi kepemimpinan bangsa untuk melanjutkan kepemimpinan yang ada).

Rasulullah juga menyebut pemimpin sebagai “Ro’i “ (figur yang penuh rasa tanggung jawab dan bersungguh – sungguh ber empati kepada warga yang di pimpinnya) atau sebagai “ Amir “ ( pemimpin yang selain bisa tegas / memerintah agar hukum di tegakan dan keadilan di laksanakan tapi dia juga figur yang siap untuk mendengar perintah rakyatnya maupun juga masukan – masukan positif dari lembaga yang berkewenangan. Ia karena bukanlah seorang yang lemah tapi juga bukan juga seorang yang otoriter. Ia adalah pemimpin yang efektif dan konstruktif.

Sifat – sifat kepemimpinan tersebut diatas jelas sangat masih sesuai dengan sikap yang penting diambil oleh pemimpin baru Indonesia apalagi di tengah tantangan, peluang dan harapan baik di dalam negeri Indonesia maupun posisi Indonesia di tengah warga bangsa dunia.

“Dan bagi pemerintahan baru yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan yang sekarang, hendaknya juga dapat menginternalisasi pentingnya kembali kepada fitrah kepemimpinan yang diajarkan oleh Islam seperti tersebut diatas sehingga mereka dapat merealisasikan janji – janji dan program yang mereka canangkan serta sukses melaksanakan amanat rakyat yang telah mereka dapatkan dan yang telah sangat diharapkan oleh rakyat untuk dapat diwujudkan. Dengan pendekatan ini maka antara kita warga Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam tersebut akan terus tersemangati untuk mengamalkan ajaran – ajaran agama sebagaimana sebagiannya disebutkan di dalam ciri – ciri kepemimpinan sebagaimana disebut diatas, juga tentang prinsip – prinsip sebagai rakyat yang oleh Al – Quran dan Al – Hadist juga diajarkan untuk di penuhi seperti prinsip tentang amar ma’ruf nahi mungkar, nasehat menasehati dalam kesabaran dan kebenaran serta prinsip meminta pertanggung jawaban dalam semangat untuk menghadirkan yang baik dan yang lebih baik (Islah),” demikian isi khutbahnya. (hidayatullah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HNW: Pemimpin Baru harus kembali ke Fitrah seperti ajaran Islam"

Post a Comment