Penggunaan Al-Aqsha dijadwal Bergiliran antara Muslim dan Yahudi, Direktur Al Quds Foundation: Jangan Biarkan Al-Aqsha jadi Sinagog Yahudi

Direktur Al Quds Foundation: Jangan Biarkan Al-Aqsha jadi Sinagog
Sikap penjajah Zionis Israel terhadap kiblat pertama umat Islam, Masjidil Aqsha di Palestina sudah makin keterlauan.

Hal terbaru yang mereka inginkan adalah mengkapling warisan umat Islam sedunia itu, bahkan mereka ingin penggunaannya dijadwal bergiliran untuk umat Islam dan kaum Yahudi. Sebagian bagunannya bahkan dijadikan layaknya sebuah Sinagog.

Pernyataan ini disampaikan Dr Sharif Amin, Direktur Al Quds Foundation, kepada Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ustadz Ade Salamun, di Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (20/09/2015) pagi.
Dalam pertemuan sehari setelah Seminar Ilmuwan 2015 itu, Sharif Amin mengemukakan sejumlah peristiwa di Aqsha.

Sejak 24 Augstus 2015, Israel membuat jadwal kunjungan ke Masjidil Aqsha untuk umat Muslim dan Yahudi secara bergantian. Mereka juga menutup Masjid pada pukul 07.30 hingga 11.30 waktu setempat.

“Anak-anak, muslimah, dan pelajar juga tidak lagi diijinkan masuk Masjid pada waktu terlarang itu. Sementara, kaum radikal Yahudi bebas menistakan Masjid di bawah pengamanan tentara Israel,” ujarnya.

Pada 8 September 2015, Menteri Pertahanan Israel Moshe Yalon mengeluarkan larangan terhadap Jamaah Murabitin dan Murabitat. Moshe berdalih, hal ini untuk mencegah serangan terhadap Israel, mengingat mereka ‘’organisasi teroris”.

Pada 13 September, dalam memperingati tahun baru, kaum Yahudi membuat rusuh di Masjid Al Aqsha. Pesta berlangsung selama empat hari berturut-turut, dan selama itu tentara Israel mengusir dan melarang jamaah Muslim memasuki Masjid.

Yahudi merusak pintu dan jendela Masjid (Jami’a Qibili) dan meledakkan bom di dalamnya.
Sehubungan dengan itu, lembaga-lembaga pergerakan di Malaysia menggelar pertemuan di Kuala Lumpur pada Selasa, 22 September 2015. Mereka adalah organisasi penggerak kampanye global Save Al-Quds Campaign, dengan semboyan “Will not be devided.”

Pertemuan yang fokus membahas perkembangan Al Quds dan Masjidil Aqsha, itu menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:

Mengutuk penistaan Zionis Israel atas Masjidil Aqsha, dan menyerukan dihentikannya segala bentuk penistaan serta penguasaan militer di sana. Forum mendesak agar Israel mengakhiri pendudukan Masjid untuk menghentikan krisis di kawasan itu.

Pertemuan juga mengharap agar Malaysia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB dan Organisasi Konferensi Islam serta negeri Muslim terkemuka, memainkan peran dalam upaya menghentikan proyek pecah-belah Masjidil Aqsha oleh Israel.

Pertemuan juga menagih tanggungjawab luar negeri pemerintah Yordania terhadap nasib Aqsa.
Pergerakan juga mengapresiasi upaya Murabitin, yang mencoba melindungi Masjid Al-Aqsa dari penistaan kaum Zionis.

Selanjutnya, pertemuan menyerukan dukungan pada pembentukan Tabung Baytul Maqdis sebagai wadah penghimpun dana perjuangan untuk membebaskan Baytul Maqdis. Mereka mengajak kaum muslimin memberikan infak perjuangan melalui wadah ini.

Gaung Save Al-Quds Campaign juga menghangat di Indonesia. Tokoh-tokoh umat Islam di Indonesia, pada Jumat, 18 September 2015, berhimpun di Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru. Mereka mengutuk keras agresi Israel atas Al Aqsha.

Sebelumnya, pada Desember 2014, Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia menggelar kampanye global ‘Selamatkan Al Quds’ di sejumlah kota besar di Indonesia. Safari kepedulian bertajuk ‘Palestina Is Ours’ ini berlangsung di Jakarta, Bandung, Lampung, dan Solo.

Roadshow tersebut menghadirkan Dr Mohammad Makram, Managing Director of Al Quds Foundation sekaligus Koordinator Save Al Quds Global Campaign. (Hidayatullah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penggunaan Al-Aqsha dijadwal Bergiliran antara Muslim dan Yahudi, Direktur Al Quds Foundation: Jangan Biarkan Al-Aqsha jadi Sinagog Yahudi"

Post a Comment